Petualangan saya kali ini berlanjut di Pulau Sulawesi, tepatnya di Provinsi Sulawesi Selatan di kota Makassar dan Kabupaten Tana Toraja. Sejak dulu saya ingin sekali menginjakkan kaki di Pulau nun jauh dari hingar bingar kota Jakarta tempat saya tinggal. 5 hari sebelum berangkat, saya sempat berjuang melawan penyakit tipes yang entah darimana asalnya tiba” datang dan hampir membuat asa saya untuk travelling di Toraja musnah. Tiket pesawat pp yang sudah saya beli susah payah sejak 2 bulan lalu nyaris lenyap seiring penyakit tipes yang saya derita. Setelah malam itu periksa ke mas dokter, saya positif dinyatakan tipes dan kemungkinan di rawat. Astagfirullah, masa iya batal sih.. dengan cara apapun saya harus sembuh, saya meminta kepada mas dokter untuk memberikan obat paling ampuh agar bisa cepat sembuh. Mahal sedikit gak papa daripada harus dirawat. Akhirnya mas dokter memberikan saya obat racikan yang handal dan dapat menaikkan trombosit saya yang sempat turun di bawah standar normal. 2 hari saya full istirahat tidak turun dari tempat tidur, memaksa untuk makan sebanyak mungkin walaupun mulut terasa pahit, jauh lebih pahiiiiiiit daripada masa lalu saya.. J
Hari Pertama (30 Januari 2013)
Alhamdulillah, kondisi fisik semakin membaik. 80% saya siap untuk Travelling kali ini. Hari ini tanggal 30 Januari 2013, dimana saya akan memulai long trip Jakarta-Yogyakarta-Surabaya-Makassar-Tana Toraja-Jakarta. Saya sudah beli tiket pesawat Citilink untuk flight dari bandara Juanda, Surabaya. Sembari menuju kota Surabaya, saya sengaja singgah ke Jogja karena mau nyoba naik bis Rosalia Indah Super Executive yang selama jadi Bismania belum pernah naik bis tsb. Sore itu, saya dan beberapa sedulur BMC sudah memadati tongkrongan BMC di terminal Rawamangun, Soto Ayam Mas Mulyani. Saya berangkat tepat pukul 6 sore, armada Rosalia Indah Super Executive nomor lambung 359 dengan engine Mercedez Benz OH 1518 dibalut karoseri Laksana Legacy Sky siap mengantar saya melintasi jalur pantura, lalu turun ke selatan via ajibarang. Badan belum fit betul, saya perbanyak tidur selama dalam bis agar bisa fit keesokan harinya. Malam itu jam 10, bis memasuki rumah makan Rosalia Indah di Indramayu. Bis kelas SE parkirnya di depan sendiri sedangkan bis kelas Exe dan Bisnis parkir agak dibelakang. Menu prasmanan nya menurut saya cukup standar, Nasi putih, sayur sop, ikan tongkol, + mie goreng rasa karet. Yang beda Cuma minuman nya dianter sama mbak” pelayan. “Mas nya mau minum apa ? teh hangat atau es teh manis?”.. si mbak nya udah nenteng nampan yang berisi teh anget dan es teh manis.
Hari Kedua (31 Januari 2013)
Sehabis makan, saya kembali tertidur pulas. Dini hari saya terbangun, bus sudah memasuki wilayah kebumen untuk istirahat. Salut untuk bus Rosalia Indah, selalu punya tempat sendiri untuk istirahat maupun pool di daerah mana saja. Disini saya tidak makan dan tidak minum, pagi buta begini paling males ngunyah. Saya Cuma muter” area untuk lihat bus yang perpal dan storing. Gak lama disini bus kembali berangkat. Sebentar lagi masuk Jogja, saya lanjut tidur lagi. Jam 7 pagi bus sudah memasuki DIY, saya yang sebelumnya minta diturunkan di terminal jombor harus kebablasan sampai daerah Prambanan. Sang kondektur lupa kalo saya sudah pesan turun di jombor. “Bus dari jakarta tidak masuk terminal jombor mas, kalau dari arah timur ke barat baru masuk jombor, saya minta maaf ya mas saya lupa”, ucap sang kondektur..
Hadooooh, bikin kerjaan gw aja nih kondektur. Akhirnya saya turun di Prambanan karena bus akan lanjut ke Solo. Saya yang sebelumnya sudah janjian dengan sedulur saya Bayu Maradhani untuk dijemput di Jombor akhirnya meminta dijemput di Prambanan. Sory ya mas bay gw ngerepotin mulu kalo ke Jogja. Gak lama menunggu, bayu datang menjemput. Oh iya, saya juga sudah ditunggu mas Aswin sedulur saya dari BMC Jatimers. Dia sedang buang stress datang ke Jogja dari Malang. Saya dan bayu segera ke terminal giwangan karena mas aswin menunggu disana. Sampai di terminal giwangan kami bertiga ngobrol” sekedar seputar bis yang ad di giwangan. Sambil menunggu malam untuk berangkat ke Surabaya, saya dan mas aswin muter” gak jelas naik trans jogja. Sementara bayu kembali ke rumah karena ada urusan.. saya dan mas aswin bingung mau kemana dan turun dimana naik trans jogja, kami berdua sama” awam untuk jalan” di kota jogja. Akhirnya kami makan soto ayam di jalan Mangkubumi dekat Malioboro. Selesai makan kami pergi ke parkiran Bus Abu bakar ali sambil ngadem dan liat” bis pariwisata. Tapi Naas, suasana parkiran sangat lengang sekali. Akhirnya kami ke rumah bayu untuk isitrahat menunggu malam. Naik taksi kena 40rb dari Malioboro ke Monjali. Padahal deket tapi karena nyasar jadi mahal..
Malam pun tiba, saya dan mas aswin pamitan sama bayu karena mau ke Surabaya. Kami berdua naik trans jogja lagi menuju terminal giwangan. Sampai di terminal kami menunggu Bus Eka Cepat, bus yang sudah sejak lama saya idam”kan untuk dinaiki. Jam 9 kami berangkat dengan bus Eka dengan engine Hino R260 dibalut karoseri Morodadi Prima, tiketnya 68rb. Akhirnya kesampean juga naik bis ini, nama bus nya mengingatkan saya dengan mantan saya, yes galau sampe Surabaya..
Hari ketiga ( 1 Februari 2013)
Bus berhenti di Rumah makan Duta di daerah Ngawi pada dini hari. Tiket bus sudah termasuk makan yang menunya terdapat di kupon makan yang diberikan kondektur saat di bis tadi. Saya pesan soto ayam dan teh anget. Soto nya hambar, untung teh nya manis..
Jam 4 lewat 30 menit bis sampe di terminal (Purabaya) Bungurasih, Surabaya. Saya dan mas aswin berpisah, saya ke bandara sedangkan mas aswin ke Malang. Saya ganti baju dan cuci muka dulu disini, malu nanti diliat sama tante” di bandara yang pada kece-kece.. yes, udah ganti baju, udah pake minyak wangi sebagai penunda mandi, udah ganteng deh pokoknya, saya siap flight ke Makassar dengan semangat yang menggebu-gebu. Naik Damri dari bungur ke Bandara Juanda 15rb dengan waktu tempuh 30 menit. Sampai bandara pukul 5.30 wib, cek di jadwal kode penerbangan QG 610 sudah harus check in. Alhamdulillah tepat waktu dan sejauh ini berjalan lancar, gumam saya.. langsung check in dan menuju gate 7. Masih 40 menit lagi sebelum berangkat yang di jadwalkan pukul 6.25 wib. Duduk manis sambil mikirin schedule di Makassar nanti. Nyampe Makassar sekitar jam 9, trus langsung naik bis pagi yang berangkat ke Tana Toraja jam 10. Yes, bulat sudah niat saya untuk langsung ke Toraja dengan bis pagi dengan alasan bisa lihat pemandangan dan lintas Makassar-Toraja yang kabarnya sangat indah.
15 menit menjelang keberangkatan terdengar pengumuman, “ penerbaangan Citilink dengan kode QG 610 delay dan akan diberangkatkan pada pukul 10 wib”.. ANJ*******NG!!!!! Delay hampir 4 jam dan dikasih kompensasi berupa makanan .. ketampanan saya luntur seketika, rencana untuk langsung ke Toraja jam 10 nanti harus ditelan bulat-bulat. Saya tidak mengambil jatah makan saya karena percuma udah ngerusak mood travelling saya. Bikin schedule baru, browsing lagi cari” info barangkali ada bis ke Toraja jam 1 siang.. hasilnya nihil, saya harus menginap dulu semalam di Makassar. Huft !! buat anda yang mau ke Toraja malam hari ada kok bus berangkat jam 9 malam dari Makassar.
Jam 10 lihat di jadwal ada pesawat Citilink ke Makassar tapi dengan kode QG 612, ini trip 2 ke Makassar kayanya karena saya QG 610. Tanya ke petugas ternyata saya betul naik pesawat ini. Trip 1 digabung sama trip 2 gitu ? hmm entahlah saya ga ngerti cara main pesawat, ngertinya BIS doang. Dengan langkah gontai saya naik ke pesawat, yaudalah yang penting tetep berangkat, toh saya juga ke Makassar Cuma buat main” doang. Duduk di kursi paling depan, seat 1A karena saya mau selonjoran. Total penumpang 121 orang dan tidak ada yang terlambat.. YAIYALAH udah delay 4 jam masa pake telat juga..
Gak sampe 2 jam pesawat siap mendarat di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin, Makassar. Pemandangan dari atas pesawat cukup bagus menjelang mendarat, Nampak pulau” kecil bertaburan di sekitar Pulau Sulawesi. Dan saya pun mendarat dengan mulus di Bandara Sultan Hasanuddin. Wow megah sekali bandara ini, saya sempat kebingungan nyari jalan keluar, ternyata turun ke lantai bawah.. di luar sana sudah terlihat puluhan orang yang akan menyambut saya di Makassar, ya mereka adalah supir taxi, travel, tukang ojek, dan lain sebagainya.. dengan wajah stay cool saya berjalan lurus ke arah ticketing Damri yang akan membawa saya ke kota Makassar.
Bayar 20rb dari bandara sampai ke kota Makassar. Tersedia pula shuttle bus gratis sampai ke luar bandara. Agenda saya yang tadinya mau langsung ke Toraja jadi cari penginapan. Waktu menunjukkan pukul 1 wita, saya dapet info kalo ada penginapan murah di jalan Jampea, dan tidak jauh dari pantai Losari. Saya Tanya ke supir Damri, “pak, lewat jalan Jampea gak “? “lewat mas, nanti jalan sedikit dari halte damri terakhir”.. oke sip
Sampai di Halte damri terakhir, “jalan sedikit 50 meter kedepan, nanti ada gang sebelah kiri, disitulah jalan jampea mas”, kata supir Damri dengan ramah menjelaskan. Saya jalan santai mengikuti petunjuk supir damri tadi, dan benar saja saya menemukan jalan jampea. Masuk ke dalam dan cari pnginapan murah seperti yg saya dapatkan infonya dari hasil blogging. Tapi saya tidak menemukan wisma yang dimaksud, yang terlihat hanya ada hotel mewah dan satu wisma, namanya Wisma Jampea. Karena udah capek ga nemu wisma yang sesuai info yg saya dapat, saya coba Tanya ke wisma Jampea.. tariff termurah nya Rp.135rb, fasilitasnya Ac,tv,sarapan pagi, tapi toilet diluar. Agak berat hati juga mau nginep disini, soalnya info yg saya dapet deket sini ada wisma ala backpacker 70rb semalam. Berhubung hari semakin sore dan badan kurang fit akhirnya saya putuskan nginap di wisma Jampea. Penjaga nya ramah banget, yaiyalah kalo galak siapa juga yang mau..
Istrahat sebentar, terus mandi soalnya mau main ke Pantai Losari sekalian cari makan siang. Udah jam 3 sore juga sih jadi di gabung aja makan siang sama malam disini. Naik becak dari jalan jampea ke Pantai Losari, bayar 10rb, waktu tempuh 15 menit. Pantai Losari belum terlihat ramai, sambil nunggu ramai saya kulineran khas Makassar yaitu Pisang epe. Pisang yang sudah diselipkan coklat dan keju di dalamnya dibuat agak lebar trus dibakar, setelah itu dicampur semacam selai khas Makassar. Asli enak, 3 potong pisang epe ditukar dengan uang 7rb rupiah.
Jam 4an saya coba balik lagi ke Pantai Losari, saya nongkrong sendirian sambil nyari wisatawan yang juga melancong sendirian ke sini. Mata saya tertuju pada satu wanita, sedikit lebih tua daripada saya. Dia berjalan sendirian sambil megang BB untuk foto” disini. Naluri Pria jantan saya keluar, segera saya hampiri kakak perempuan tersebut. “Kak, boleh tolong fotoin saya disini gak” ? saya memulai percakapan. “boleh banget, tapi ntar gantian yah “? Kata kakak tsb.. Yes, modus berhasil, sudah saya duga dia juga minta di foto disini. J
Kami berjabat tangan, saling bertanya bertukar nama. Namanya Kak dhidie, dia berasal dari Bandung yang sedang ditugaskan bekerja di PLN di kota Makassar di bagian SDM. Orang nya supel dan tidak canggung dengan saya, hmm I like this women.. sekejap kami sudah seperti sahabat, pergi ke sana sini untuk foto di tempat” yang menarik. Puas foto” kak Dhidie mengajak saya untuk makan seafood di pinggir pantai, dari aroma ajakannya sih kayanya gw bakal dibayarin nih.. hahaha
Saya dan kak Dhidie pesen cumi saus Makassar, ternyata selera kita sama yah sama” suka cumi. Atau jangan-jangan kitaaaa,, plaaaaakkk !! Ngelamun aja sore-sore lo.. pesenan udah datang, kita makan sambil ngobrol” lebih dalam lagi di pinggir pantai Losari sambil menikmati sunset.. ooowh so sweet J. Selesai makan, kita nyewa perahu buat muter” di seputaran pantai losari. Karena tadi kak dhidie udah bayarin saya makan, sekarang gantian saya yang bayarin kak dhidie naik perahu. Asli kak Dhidie ini orangnya asik banget. Senja berganti malam, tak terasa 4 jam kita lalui bersama di Pantai Losari ini. Kita berpamitan, berjabat tangan lagi tanda berpisah , see you next time kak.. J
Hari keempat ( 2 Februari 2013 )
Saya terbangun jam 6 pagi. Jam 8 saya harus check out untuk naik bis ke Toraja yang letak pool bis Bintang Prima dengan wisma jampea sekitar 40 menit perjalanan. Segera saya mandi dan pergi ke bawah untuk sarapan. Ternyata sarapan nya dianterin ke kamar, baguslah.. datanglah mbak” seumuran saya membawa 4 potong roti coklat bakar dan 2 gelas teh manis hangat, asli enak cita rasanya. Pas jam 8 saya segera check out, langsung naik petepete (angkot) dari depan Makassar Mall yang jaraknya 200 meter dari wisma. Naik petepete yang lewat jalan perintis kemerdekan KM 12 letak perwakilan Bus Bintang Prima. Saya duduk di depan biar bisa ngobrol dan Tanya” seputar Makassar sama supir petepete. Pak supir juga Tanya banyak tentang Jakarta, bahkan dia sangat mengagumi kinerja pak Jokowi lho.. hehehe
Kebetulan penumpang petepete saat itu Cuma saya doang, jadi saya diantar sampai masuk ke dalam pool sama pak supir. Asli baik banget orang” disini, ramah semua, tukang ojek, tukang becak, supir angkot semuanya membantu para pelancong yang kebingungan disini, mereka tidak mematok tariff mahal kepada turis untuk tariff sewa mereka, gak seperti di kota Surabaya waktu saya dipaksa membayar tariff Elf dari stasiun Wonokromo ke terminal Bungurasih sebesar 20rb padahal perjalanan Cuma 15 menit. Jadi jangan takut nyasar travelling di Makassar asal mau bertanya dan jaga sikap ramah tamah. J
Ini dia yang saya nantikan, naik bus Bintang Prima yang sangat nyaman sekali selama 9 jam menuju Tana Toraja. Segera saya ke loket untuk beli tiket dan membayar harga tiket sebesar Rp.110.000 dari Makassar untuk tujuan Tana Toraja. Bus nya sudah standby, tertulis TORAJA di kaca bus Bintang Prima. Bus dengan engine Mercedez Benz OH 1526 with Air Suspension dibalut karoseri Adi Putro Jetbus sudah terparkir manis didepan saya.
Segera naik untuk taro tas dan foto” interior bus. Wah ini bus setelan tidur banget deh, seat nya besar dan jarak antar kursi sangat lapang. Cukup ramai penumpang yang jalan pagi hari walau tak seramai penumpang bus malam hari. Jam 10 wita bus berangkat, 2 bus berangkat bersamaan, yang satu tujuan Toraja, yang satu lagi tujuan Palopo. Dari sini bus akan masuk ke terminal Daya untuk ambil penumpang lagi. Pedagang asongan di terminal daya luar biasa memaksanya, walau sudah di tolak tapi terus berulang kali memaksa agar kita beli. Saya udah gak kaget dengan situasi ini soalnya udah baca di blog orang kalo modelnya emang begitu. Ada seorang remaja yang akhirnya terkena paksaan pedagang tersebut untuk beli majalah gak penting untuk ukuran seorang remaja. K A S I H A N
Bus melanjutkan perjalanan ke daerah Maros. Disini terkenal dengan Roti Maros yang sangat enak.bus berhenti di agen Bintang Prima yang juga menjual berbagai macam roti maros untuk cemilan di jalan. Saya beli 2 potong roti maros ukuran sedang, 1 snack berukuran besar, dan minuman teh aroma melati buat cemilan di jalan. Bapak” sebelah saya borong banyak roti maros, buat oleh” ke keluarga di Makale katanya. Don’t miss it ya jangan lupa beli Roti Maros. Asli enak !!
Lanjut lagi perjalanan sampai di sebuah jalan yang berhadapan langsung dengan laut lepas. Saya kurang tahu di daerah mana yang pasti hanya beberapa jam dari kota Maros. Bus berhenti di rumah makan Arum Pala, rumah makan ini berhadapan langsung dengan laut yang sangat jernih airnya. Saya coba makan disini karena view nya bagus dan menambah selera makan saya.
Ketika masuk langsung ditawari 2 menu andalan, Nasi ayam atau nasi ikan ? Cuma itu doang yang ditawarin. Mungkin ada menu lain kali ya. Saya pesan nasi ayam, ternyata paket nasi ayam ini yaitu nasi ayam goreng + sup, minumnya aqua gelas bebas mau ambil berapa aja total nya kita bayar Rp.30.000, mahaal juga sih tapi ya sekalian cuci mata makan ayam goreng sambil liat karang laut dari rumah makan. Subhanallah
Selesai makan perjalanan dilanjutkan kembali. Saya sudah berjanji untuk tidak tidur selama 9 jam perjalanan dari Makassar ke Toraja ini. Walaupun kursi nya sangat nyaman sekali untuk tidur namun saya tetap gamau untuk melewatkan tiap detik perjalanan ini. Perjalanan semakin lama semakin jauh dan meninggalkan pantai. Bus memasuki kota Sidrap dan terus mendaki sampai ke kota Enrekang . di Enrekang ini pemandangan sangat indah sekali dimana bukit” terjal terhampar di sebelah kanan jalan. Namun jika supir lengah sedikit saja, jurang 50-100 meter menanti kita semua. Jalan semakin lama semakin sempit dan berkelok. Bagi anda yang mudah mual sudah disediakan kantong plastic di kursi depan anda buat jackpot. Dan benar saja, ada mbak” udah jackpot di barisan belakang sana.. ckck
Hari semakin senja, gerimis turun membasahi kota Enrekang. Kabut mulai turun menutupi jalan, butuh konsentrasi extra berkendara dalam situasi ini. Jalan yang sempit dan licin serta berkabut membuat supir lebih waspada. Pernah ada kejadian beberapa waktu lalu sebuah Bus jatuh ke Jurang dekat daerah sini. Untunglah bus Bintang Prima menyiapkan 2 supir, jadi supir tidak terlalu lelah untuk kondisi jalan seperti ini.
Jam 6 sore mata saya tak kuasa menahan kantuk. Saya nyerah dan berpikir untuk tidur toh hari sudah semakin gelap gak bakal keliatan apa” di jalan. Belum sempat mata saya terpejam tiba” bus memasuki pintu gerbang kabupaten Tana Toraja. Sebuah gapura bercorak rumah adat Toraja dengan tanduk kerbau diatas nya menyambut saya sore itu ditambah Gereja tua besar di sampingnya. Jleb !! mendadak mental saya down, seketika saya langsung jiper entah kenapa. Jantung saya berdetak cepat, suasana mendadak makin dingin, bulu kuduk saya pun merinding. Baru kali ini saya travelling ke kampung orang merasa takut seperti ini. Rasa kantuk hilang seketika berubah menjadi rasa cemas, cemas karena suasana daerah toraja yang agak lain dari kota biasanya, cemas mau tinggal dimana saya malam ini karena daerah nya tidak terlalu ramai. Bus semakin jauh membawa saya kedalam kabupaten Tana Toraja, hari semakin gelap, saya mencoba tenang dan kembali browsing memastikan tempat penginapan disini.
Bus memasuki kota Tana Toraja bagian selatan yaitu di kota Makale. Belum lama ini ibukota Tana Toraja terpecah menjadi dua, yaitu Tana Toraja selatan dengan kota Makale, dan Tana Toraja Utara dengan kota Rantepao. Bus berhenti di agen Bintang Prima untuk menurunkan penumpang di kota Makale ini. Menurut info yang saya dapat penginapan murah ada di kota Rantepao, jadi saya putuskan turun di Rantepao. Di Makale ini terdapat bundaran yang cukup besar seperti bundaran HI dengan kolam ditengah nya. Di tengah kolam tersebut terdapat sebuah patung besar yang menurut perkiraan saya adalah symbol kota Makale. Malam itu kota Makale terlihat cantik dengan lampu taman nya. Bus melanjutkan perjalanan ke utara ke kota Rantepao. Hanya 30 menit dari kota Makale saya tiba di kota Rantepao. Bus menurunkan semua penumpangnya di perwakilan bus Bintang Prima kota Rantepao.
Turun dari bus sudah pasti saya kebingungan mau kemana. Waktu menunjukkan pukul 7 wita. Saya menghampiri bapak” tukang Becak motor. “Pak, penginapan dekat sini yang murah dimana ya “ ? Tanya saya. “ada di dekat sini mas, mari saya antar”.. jawabnya ramah. Dengan ongkos 5ribu rupiah saya diantar ke penginapan. Yes, benar saja saya diantar ke Wisma Maria, persis seperti info yang saya dapat dari blog sbelumnya. Cek kamar dulu baru bayar becak nya. Lagi-lagi saya harus nombok karena harga yang saya terima tidak sesuai dengan info harga yang saya dapatkan sebelumnya. Saya dapatkan harga 70rb per malam di wisma Maria dari blog seseorang tertanggal penulisan bulan November tahun 2012. Dihadapan saya berjejer tariff sewa kamar per malam dimana harga termurah nya Rp.108.000, dengan fasilitas kamar double bed, kamar mandi dalam, dan sarapan besok paginya. Huft jauh dari perkiraan semula. Apa karena sekarang masih dalam suasana liburan jadi tariff nya naik kali ya. Yowes, mau kemana lagi, saya putuskan nginap disini semalam.
Saya diantar ke kamar paling belakang di wisma maria ini. Bagi anda yang penakut sebaiknya pilih kamar yang agak mahal yang terletak di depan karena kamar yang dibelakang ini suasana nya agak gimanaaaaaa gitu. 2 ekor kucing hitam duduk manis di depan kamar yang akan saya tempati, JLEB !! Asli merinding saya langsung dibuatnya. Saya segera masuk kamar, terdapat 2 kasur di kamar ini dan kamar mandi di dalam. Cukup bersih, tapi terkesan angker karena kondisi kamarnya sudah agak tua. Alhamdulillah saya masih berani tidur sendirian di kamar ini, untungnya kamar disebelah kanan saya sudah ada yang menghuni, jadi kalo ada setan saya bisa teriak dan ngibrit ke kamar sebelah. Istirahat sebentar, cuci muka dan ganti baju. Di sini cukup dingin saat malam hari mungkin itu alasannya gak dikasih kipas angin di kamar.
Jam 8 saya keluar cari makan. Tidak sulit untuk menuju jalan raya karena tidak jauh dari wisma. Berjalan ke kanan sekitar 70 meter, nanti belok kanan lagi teruuus 100 meter kedepan sudah terlihat keramaian kota Rantepao. Awalnya saya kesulitan cari makan disini karena beberapa tempat makan menyediakan menu Babi. Memang kebanyakan penduduk Toraja ini beragama Nasrani. Terus saya berjalan muter” kota Rantepao, dan alhamdulillah saya nemu masjid, lokasinya dekat dengan perwakilan bus Litha & Co. di seberang masjid ini ada tempat makan untuk Muslim, namanya warung Muslim Ozan Baros Uty, tau deh artinya apaan. Saya coba singgah dan pesan makanan. Alhamdulillah menu nya beragam dan kalo dilihat dari makanan orang” yang makan disini sepertinya rasanya cukup enak. Saya pesan nasi goreng pedas dengan saus manis khas Makassar. Alhamdulillah saya bisa makan dengan tenang tanpa harus takut makanan mengandung Babi. Dari hasil percakapan si empunya rumah makan saya bingung nih aslinya mereka dari mana, kadang mereka ngomong bahasa sunda, kadang mereka ngomong bahasa jawa, dan sesekali mereka ngomong bahasa Toraja. Mungkin penjual makanan ini blasteran dari 3 propinsi tersebut kali yah. Sepiring nasi goreng dipatok harga 10rb rupiah, standar lah..
Hari kelima ( 3 Februari 2013 )
Saya terbangun jam 7 pagi, ngintip di jendela dan ternyata gerimis sedang membasahi kota Rantepao. Schedule saya hari ini mau wisata ke beberapa tempat di kabupaten Toraja dengan menyewa motor yang disediakan di wisma maria. Segera saya mandi dan bersiap-siap untuk sarapan. Di ruang makan tampak seorang bapak” yang kalau saya terka beliau berasal dari Jawa. “maaf pak, kopi nya ambil dimana yah “ ? Tanya saya.. “ itu mas, minta saja di dalam sama mbak nya “, jawabnya medok khas Jawa timur. Saya ke dapur dan mesan sarapan, “tunggu saja di meja mas”, kata si mbak koki wisma maria. Saya mencoba gabung semeja dengan bapak tadi dan ngobrol” banyak. Namanya pak Waluyo, beliau pekerja asli Kediri yang sedang ditugaskan bekerja di Rantepao. Orang nya sangat ramah sekali, beliau bercerita tentang kota-kota yang pernah beliau singgahi selama bekerja. Di Toraja ini beliau sudah 2 tahun bekerja, dan menceritakan pengalamannya disini. “Disini mas, paling rame itu dibulan Desember terutama saat akhir tahun, ada istilah LOVELY DECEMBER bagi masyarakat Toraja karena di bulan Desember mereka mengadakan pesta menyambut tahun baru, kota toraja penuh dengan gemerlap kembang api, mereka pesta semuanya”, Pak Waluyo menjelaskan.
Oooh itu toh maksudnya Lovely December, saya sempat melihat tulisan LOVELY DECEMBER di bus Metro Permai. Lagi enak”nya ngobrol, pak waluyo pergi ke dapur dan memesan Mie Goreng. Ternyata beliau pesan 2 piring mie goreng, satu buat saya katanya. “Monggo mas kita sarapan dulu, saya pesan mie goreng 2 satu buat sampeyan”. Oalaaaaah baik sekali Pak Waluyo ini. Sebenarnya menu sarapan yang dihidangkan wisma maria cukup baik, 2 potong roti dengan selai strawberi dan sepotong telur mata sapi dengan kopi atau teh sebagai minumannya. “Saya gak biasa mas makan roti, kaya bule ajja “, kata pak Waluyo sambil tertawa ringan.
Jam 9 kami berpamitan, pak waluyo kembali ke kamar sedangkan saya mau keliling toraja. Nanya sama receptionist untuk sewa motor. “motor nya masih dipakai orang mas, disini Cuma ada satu motor untuk disewakan”, kata receptionist.. JIAAAHHH, percuma lo bikin pengumuman di sepanjang kamar tentang sewa motor tapi motornya Cuma satu. Tapi akhirnya dijelaskan lagi kalau di seberang wisma juga ada penyewaan motor. Saya melongok keluar, oh iya tuh ada tulisannya “Motor Rent”. Nanya lagi, “saya mau keliling toraja sehari penuh ini, kalau sewa guide sehari berapa yah” ? Rp. 250.000 mas.. WOW mahal banget bajet saya Cuma 100rb.
Oke deh thanks ya bang saya keliling sendirian aja, nyasar-nyasar deh bodo amat. Bermodalkan peta Tana Toraja yang saya minta kepada receptionist saya nekat untuk keliling toraja sendirian. Pergi ke seberang wisma untuk sewa motor, per hari nya Rp 60.000. anehnya motor yang disewakan semuanya matic, gak ada yang manual. Aduh saya paling males make motor matic, selain boros juga kurang senang karena terlalu ringan untuk dikendarai. Tapi apa boleh buat, gak ada yang manual. Saya bayar 60rb plus ngasih KTP sebagai jaminan. Disini gak dikasih STNK, cukup bawa selembar kertas yang diberikan si empunya motor sebagai bukti motor sewaan kalau di tangkap polisi.
Tujuan pertama saya ke Londa, sebuah tempat wisata berupa goa yang di dalamnya terdapat makam penduduk setempat. Kalau dilihat di peta arahnya ke selatan kota Rantepao. Cus saya gas secepat mungkin ke arah selatan. Seluruh objek wisata di Toraja ini ditandai dengan papan besar di pinggir jalan sebagai tanda masuk ke objek wisata, jadi tidak sulit menemukannya. Yes saya ketemu arah ke Londa, papan besar di pinggir jalan menunjukkan arah ke dalam sejauh 1,7 KM tempat objek wisata tsb. Awalnya jalan terlihat bagus, tapi lama kelamaan jalan semakin hancur dan mulai masuk ke dalam hutan. Waduh, kok jalan nya begini ya gumam saya, masa iya mau ke objek wisata jalan nya hancur begini lewat hutan pula. Saya coba tetap gas ke dalam, ada bapak” penjual sayur juga sedang berjalan arah ke dalam.. “Permisi pak, apa benar ini jalan ke obek wisata Londa “ ? Tanya saya.. “ iya benar, lurus terus aja nanti sampai”, kata bapak tsb ramah. Oke saya bulatkan tekad untuk terus kedalam karena sudah separuh jalan. Benar saja, saya tiba di sebuah perkampungan penduduk. Dari kejauhan penduduk sana sudah menatap saya sebagai turis. Segera masuk ke dalam dan bayar Rp.10.000 sebagai karcis masuk.
Setelah parkir motor, saya di hampiri seorang pemuda berambut gondrong dikuncir. Kirain mau dipalak, eh gataunya dia Guide disini. Namanya Mas Jolang, beliau dengan ramah menawarkan kepada saya untuk dipandu ke dalam goa, asli ramah banget beda jauh dengan penampilannya yang terkesan preman. “disini kita menyewakan lampu untuk masuk ke goa dengan tariff 25rb, sedangkan untuk jasa guide saya silahkan kasih uang rokok saja”, mas Jolang menjelaskan. Oke boleh juga, saya tidak keberatan.
Toh beliau juga yang akan motoin saya selama disini. Masuk ke dalam objek wisata yang terletak di tebing, mas jolang menjelaskan banyak hal tentang makam” disini. Masuk jauh ke dalam goa, di dalam nya terdapat banyak sekali kepala tengkorak dan peti mati di susun di sepanjang goa. Tidak terasa hawa seram disini, semuanya berjalan normal sepanjang anda tidak jahil memegang atau mencuri tengkorak disini. Setelah puas foto” disini, saya kembali melanjutkan wisata saya. Saya kasih uang 40rb untuk sewa lampu dan jasa guide mas jolang. Beliau tampak senang sekali, iyalah dapet duit..
Perjalanan saya lanjutkan ke arah selatan ke kota Makale. Saya terkesan dengan kolam bulat di kota Makale kemarin malam.
Sampai di makale saya foto kolam tersebut dan patung besar di tengahnya. Niat nya mau makan siang disini, tapi saya gak nemu tempat makan yang sesuai selera disini.
Kembali ke arah utara, saya mengunjungi Ke’te kesu. Ke’te kesu adalah bangunan khas toraja yang digunakan untuk menyimpan padi. Dari arah makale sebelah kanan, terdapat papan besar menunjukkan arah ke dalam sejauh 2,3 KM tempat wisata Ke’te kesu tersebut. Menelusuri jalan setapak sampailah saya di Ke’te kesu. Berbeda dengan jalan ke Londa yang hancur dan masuk ke hutan, jalan ke Ke’te kesu cukup bagus dan bukan masuk ke hutan. Segera parkir dan bayar lagi 10rb untuk tiket masuk. Sepertinya seluruh objek wisata di Toraja ini tiket masuknya 10rb deh. Suasana tidak terlalu ramai, hanya ada beberapa puluh pengunjung.
Saya bingung mau minta tolong siapa buat motoin saya, Nampak seorang lelaki paruh baya yang bertugas memberikan tiket retribusi kepada pengunjung, oh ada uang retribusi lagi toh. Saya hampiri beliau yang sedang duduk di rumah tongkonan, saya ajak ngobrol dan bertanya-tanya.
Bukannya saya yang banyak nanya, eh malah si bapak yang Tanya banyak ke saya tentang Jakarta hahaha. Minta tolong sama si bapak untuk motoin saya disini, tapi ya namanya orang tua gak bisa nyari angle yang bagus buat fotoin saya, hasilnya miring” gak penting semua. 4x dicoba hasilnya miring semua. (foto diatas versi bapak penjaga :D)
Akhirnya saya coba foto pake timer otomatis, kamera saya tegakkan di tangga rumah tersebut diganjel pake jaket yang saya kenakan. Hasilnya, baguuuuusss.. hehehe (ini versi timer otomatis )
yang ini agak ngeblur soalnya ada anjing lewat deket kamera saya pas tinggal 1 detik lagi.. untung kameranya gak digigit -_-
Lagi sibuk ngatur angle yang bagus, si bapak tadi tiba” sudah hilang entah kemana. Waduh, padahal niatnya mau foto bareng. Tapi dengan begitu saya gak ditagih uang retribusi. Segera setelah ambil beberapa gambar saya segera pulang. Waktu menunjukkan pukul 12, jam 1 saya harus check out sesuai aturan wisma maria. Segera saya ke wisma untuk membereskan pakaian. Jam 1 saya check out dan kembali berwisata. Saya lanjut ke Batutumonga, menurut info yang saya dapat Batutumonga berada 1300 Mdpl. Dari sini kita bisa melihat kota Rantepao dengan jelas. Tanya sama tukang ojek arah ke Batutumonga dari Rantepao. “ ikuti sungai ini mas, nanti 10 KM lurus terus jangan belok-belok, nanti ada simpang 2 arah kiri dan kanan, mas Tanya lagi disana”, tukang ojek menjelaskan dengan ramah.
Saya ikuti petunjuk dari beliau, saya sengaja tidak makan siang karena niat mau makan siang di Batutumonga sambil menikmati pemandangan dari atas sana. Sudah lebih 10 Km saya tidak menemukan simpang yang dimaksud, parahnya lagi jalanan masuk kedalam hutan dan menanjak. Saya mengikuti 2 motor di depan saya yang entah mau kemana.
Akhirnya saya menemukan simpang yang dimaksud. Sialnya saya, simpang tersebut sangat sepi sekali tidak ada orang, soalnya di dalam hutan. Saya coba buka peta lagi, tapi percuma saya tidak tahu posisi sekarang berada dimana. Saya coba ambil ke kiri karena Batutumonga letak nya arah ke barat dari kota Rantepao. Teruuuuuuuuusss menyusuri jalan setapak yang tidak berujung dan mendaki entah kemana. Bensin motor masih ¾, tapi cepat habis karena jalan mendaki yang memaksa motor matic ini mengeluarkan tenaga ekstra. Sangat tidak masuk akal ada SPBU di tengah hutan begini, badan saya mendadak lemas, gemetar dan panas dingin menahan lapar sambil kebingungan di tengah hutan tidak ada orang. Anehnya saya terus ngegas motor tanpa bisa berpikir kembali untuk pulang. Pikiran saya tetap terus berjalan ke atas dan nanti nanya sama penduduk sekitar. Sudah 90 menit saya memacu motor saya ke atas, saya tiba di sebuah kawasan dengan batu-batu besar berserakan di bukit dan sawah.
Kota Rantepao terlihat kecil di bawah, sepertinya saya sudah sampai di Batutumonga. Tiba-tiba saya dikejutkan oleh seorang nenek-nenek sesepuh penduduk sana, “kamu mau kemana” ? Tanya nenek tersebut. Beliau mengerti benar dengan raut wajah saya yang sedang kebigngungan. “saya mau ke Batutumonga, ke tempat objek wisata yang ada batu besar peninggalan jaman megalithikum, apa benar ini jalan nya ya bu “ ? Tanya saya. “ini sudah di Batutumonga, kau lihat batu- batu besar disana ? itu yang disebut Batutumonga”, nenek tadi menjelaskan.
Ooh saya sudah sampe toh rupanya. Tapi batu besar yang saya lihat di google itu batu bulat lonjong besar menjulang ke atas berjejeran, bukan batu-batu besar seperti ini. Jalan setapak yang saya lalui belum berujung, bensin tinggal setengah. Kalau saya paksakan ke atas dan tiba” bensin habis matilah saya. Akhirnya saya putuskan untuk foto” di beberapa tempat yang bagus untuk foto”, saya tidak melanjutkan perjalanan ke atas karena gak mau ambil resiko kehabisan bensin. Iya kalo ada yang jual eceran, kalo enggak ?
Waktu menunjukkan pukul 3 wita, saya memutuskan kembali ke kota Rantepao setelah puas foto”. Logika nya saya tinggal mengikuti jalan tadi saya menuju kesini dong ? tapi aneh luar biasa saya tersesat ke kampung orang di Sa’dan.
Padahal saya baru setengah jam jalan menurun dari Batutumonga, saya malah sampai ke kampung Sa’dan. Saya lihat di peta jarak Batutumonga dengan Sa’dan itu jauh, tapi kok saya udah nyasar disini. Padahal dari tadi saya ngikutin jalan arah yang sama. Badan saya tambah lemes, tambah gemetaran karena belum makan dari pagi, bingung mau jalan kemana karena di depan saya ada simpang ke kiri dan ke kanan yang sangat yakin kalau saya tidak lewat sini tadi.
Astagfirullah saya nyasar entah kemana. Tidak ada warung makan di hutan begini, bensin semakin menipis. Saya coba jalan perlahan, Alhamdulillah saya menemukan kios bensin eceran. Isi 1 liter karena kalau isi 2 liter pasti luber karena tangki nya kecil. Saya Tanya ke penjual bensin, “mbak, saya tersesat dari Batutumonga mau pulang ke Rantepao, apa benar ini jalan ke Rantepao “ ? Tanya saya.. “iya betul, lurus saja 9 kilometer lagi sudah kota Rantepao”, kata si mbak.. HAH ? 9 kilometer lagi Rantepao ? apa ga salah ? saya aja 90 menit naik ke atas, masa ini pulangnya baru 40 menit sudah nyampe Rantepao ?
Akhirnya saya menelusuri jalan setapak hutan ini dengan rasa senang tambah gak percaya. Apa iya sebentar lagi Rantepao ? saya gas kencang karena udah laper berat. Dan ALHAMDULILLAH ya ALLAH ternyata benar saya sampai di Rantepao. Saya terbukti nyasar karena arah kembali nya beda dari jalan saya pergi semula, tapi Allah memudahkan saya kembali pulang lebih cepat. Segera saya singgah ke rumah makan Ozan Baros Uty semalam. Saya pesan mie goreng kali ini karena porsinya agak banyak dan mie nya tebal. Alhamdulillah akhirnya saya makan juga.
Waktu menunjukkan pukul 4 wita. Selesai sudah petualangan saya di Toraja, tempat” yang saya mau kunjungi sudah saya datangi semua. Saya akan kembali ke Makassar pukul 9 malam nanti. Selesai makan, saya kembali ke tempat rental motor untuk balikin motor, eh kebetulan disana ada warnet lumayan lah saya ngenet 3 jam sambil nunggu bis berangkat malam nanti. Jam 7 lewat saya selesai ngenet dan kembali ke rumah makan Ozan Baros Uty. Kali ini saya pesan menu andalan nya yaitu Mie Ayam. Mie ayam disini sangat enak sekali, mie nya tebal dan kenyal, rasanya pun gurih, saking enaknya sampai nambah 1 mangkok lagi.. ASLI ENAK !!
Jam 8 lewat saya ke perwakilan Bintang Prima untuk kembali ke Makassar. Sebenernya kurang seru juga sih pp naik bus Bintang Prima karena bus lainnya juga bagus-bagus semacam Metro Permai, Litha & Co, New Liman, Menggala Trans dsb. Saya kepincut dengan bus Metro Permai bermesin Mercy OH 1830 yang konfigurasi seat nya hanya 24 seat, 6 baris kebelakang. Seat nya luar biasa besar, gak ada bus dengan seat sebesar itu di bus” Jawa maupun Sumatra, harganya pun paling mahal dibanding bus Scania sekalipun, yaitu Rp.150.000. Tapi saya lebih pilih Bintang Prima karena memakai mesin Scania, seumur” saya belum pernah naik Scania kalo Mercy 1830 udah pernah naik di Jawa, harga tiket Bintang Prima Scania Rp.130.000, sedangkan yang Air Suspension Rp.110.000. walaupun sama” memakai air suspension, Scania jauh lebih nyaman dibanding air suspension bawaan karoseri. Disini saya ketemu lagi dengan Pak waluyo, dia mau ke Makassar untuk flight ke Surabaya besok siang. Lumayan ada teman ngobrol” lagi hehehe.
Jam 9 bus berangkat, Saya naik Bus Scania tipe K 310, diluar harapan yang tadinya mau nyoba Scania K 360i, tapi tak apalah rasanya paling gak jauh beda. Next time saya pasti balik lagi kesini untuk nyoba bus” Celebes lainnya. Terhitung lebih dari 15 bus malam itu berangkat dari Toraja menuju Makassar, Bintang Prima jalan 5 bis, Bintang Timur terlihat 1 bis, Menggala Trans 4 bis, Litha & Co 2 bis, Metro Permai 3 bis, Alam Indah 1 bis, Batu Tumonga 1 bis, Kharisma Transport 1 bis, New Liman Golden Dragon 1 bis, dan lainnya.
Meriah nya bus-bus Celebes dengan interior yang terang benderang menghiasi kota Rantepao malam itu. Luar biasa bis-bis Celebes sangat memanjakan penumpangnya dengan bus terbaru memakai suspensi udara dengan seat yang sangat lapang, cocok buat bus malam untuk tidur pules sampe pagi. Badan saya sudah letih akibat nyasar di gunung tadi siang, malam ini saya mau tidur pules. Tapi niat hati mau tidur pules eh bus nya malah blong”an sama bus lain, alhasil saya dapat 4 video Bus Bintang Prima Scania ngeblong bus Bintang Timur, Kharisma Transport, Bintang Prima, dan menggala trans. Satu”ya lawan imbang Scania saya hanyalah bus Litha & Co bermesin Mercy 1830. Hari semakin larut, dan saya semakin ngantuk. Goodbye Tana Toraja, insya Allah saya pasti kesini lagi suatu saat nanti.
Hari keenam ( 4 Februari 2013 )
Jam 5 pagi bus memasuki Bandara Sultan Hasanuddin, Makassar. Memang sudah tradisi bus” disini selalu mengantar penumpangnya yang akan flight pagi ke Bandara. Seluruh PO bus apa saja semuanya Nampak masuk ke bandara mengantar penumpangnya. Saya baru akan kembali ke Jakarta besok pagi, jadi saya menginap semalam lagi di Makassar. Bus sampai di pool terakhir di jalan Perintis kemerdekaan, dekat dengan Universitas Muhammadyah Islam, Makassar. Saya bingung mau nginap dimana, soalnya saya gak cukup bajet lagi untuk nginap di wisma Jampea seperti kemarin. Tukang ojek datang mengampiri saya, mau kemana bang ? “tau penginapan murah deket-deket sini gak bang “ ? Tanya saya. “oh iya ada deket sini, saya pernah nganter orang kesana, semalam nya 30 ribu”, kata tukang ojek. HAH ? Penginapan macam apa semalem 30 ribu ? yaudah anter saya kesana bang. Dibawalah saya ke wisma Pondok Indah, lokasinya agak kedalam di sebrang Universitas 45 Makassar. Segera masuk ke dalem wisma, dan Tanya harga. “emang benar ada kamar seharga 30 ribu semalam disini” ? Tanya saya.. “gak ada mas, paling murah nya 70rb fasilitas single bed kipas angin dan toilet di luar “, kata receptionist nya.. AAAH benga juga nih tukang ojek. Makanya saya kaget dia bilang ada kamar semalam 30 ribu disini. Yowes pesen satu kamar, kasih tukang ojek 10 ribu.
Duit tinggal 100 ribu, belom untuk airport tax besok 40 ribu, ongkos damri ke rumah 25 ribu. Ah matilah saya disini. Dan ATM saya gak ada saldonya udah abis dipake travelling terus. Daripada saya kelaperan sampe besok sengaja saya tidur dari jam 7 pagi sampe jam 5 sore. Alhamdulillah saya sukses tidur selama itu walaupun sempet transit di jam 11 karena kamar sebelah berisik. Teman saya Salman dari BMC Jakarta Raya ternyata sedang tugas di Makassar. Dia juga abis main ke Toraja dan akan tiba di Makassar malam ini jam 7. Saya mau jemput salman di Makassar Town square, sekalian kuliner sop saudara. Jam 7 bus Metro Permai yang dinaiki Salman tiba di depan M tos. Abis jemput salman kita kembali ke wisma untuk bersih-bersih. Ternyata salman punya temen SMA yang tinggal di Makassar. Jam 9 malam kita check out dan cari makan, abis itu langsung ke rumah Akrom, teman salman. Ternyata saya dan Salman satu pesawat besok pagi, makanya kita bareng nginep di rumah Akrom. Akrom dan adiknya menawarkan untuk mengantar kami ke bandara besok pagi, soalnya kami flight jam 4:30 pagi dan petepete masih jarang. Sambil nunggu jam 4, saya dan akrom beserta adiknya main PS 3, sementara si kebo Salman udah ngorok persis seperti suara Hino RG.
Hari ketujuh ( 5 Februari 2013 )
Kami berangkat ke bandara jam 3.30 wita karena jarak rumah Akrom dengan bandara sangat dekat. Sampai di Bandara ternyata jam 4 pas. Nama saya dan Salman sudah terdengar di panggil di seantero Bandara. Kebingugan Lari –lari di bandara cari tempat check in, abis check in lari lagi ke gate 6 karena udah mau tutup. Cakep banget pagi” buta begini kita lari” bawa ransel berat. Alhamdulillah, masih terkejar, Ngos”an bro.. tepat jam 4:30 wita pesawat berangkat. Goodbye Sulawesi Selatan, asli ini travelling paling mengesankan yang pernah saya lakukan. Suatu saat nanti insya Allah saya pasti kembali ke sini lagi..
Mendarat jam 5:30 wib di Cengkareng, Soekarno Hatta. Saya dan salman sama” mules ga karuan, kayanya efek nasi goreng semalem nih. Abis setoran, kita istirahat sambil sholat subuh trus skalian sarapan Rotiboy. Nunggu Damri yang ke Rawamangun sejam di terminal 3. Oh iya kami punya sedulur yang kerja di Soetta, namanya Bagus yana. Salman langsung bbm dia, “ Beye, gw sama fadri di terminal 3 nih, ketemuan yuk.. jangan lupa bawa Rotiboy yak “.. wakakaka makan gratis lagi kita. Eh beneran si Beye dateng sambil nenteng Rotiboy hahaha thanks berat bang. Gak lama damri tujuan rawamangun datang. Capcus cyiinnn !!
Dalam Travelling kali ini saya berterima kasih kepada :
1. Maskapai Citilink yang ngasih tiket promo Surabaya-Makassar walaupun harus delay 4 jam
2. Kak Dhidie yang nraktir saya makan dan jalan” bareng di Makassar
3. Supir petepete yang nganterin saya sampe kedalam pool bintang prima yang sangat ramah
4. Crew bus Bintang Prima yang sangat baik dalam melayani penumpang
5. Pak Waluyo yang udah nraktir saya sarapan mie goreng di wisma maria
6. Mas Jolang guide di Londa, yang juga ngasih info arah ke Ke’te kesu dengan akurat
7. Salman yang nraktir makan malam di Makassar + Rotiboy
8. Akrom, teman salman karena nginep semalam sampai diantar ke Bandara
9. Air Asia Indonesia atas tiket promo nya Makassar – Cengkareng
. Mas Bagus Yana yang beliin kita sarapan Rotiboy di bandara.. :D
Sekian trip report travelling saya di Makassar dan Tana Toraja, setiap perjalanan yang saya lakukan selalu mendapat pengalaman berarti dalam hidup saya. Mohon maaf kalau ada salah penulisan kata dalam trip report kali ini, akhir kata Cintailah Budaya Indonesia dan tetap terus Explore Indonesia !!! J