Lama ga traveling, baru kali ini saya nulis lagi tentang sebuah perjalanan dalam mengapresiasikan kecintaan saya pada negeri Indonesia yang indah ini. Setelah sebelumnya saya ngebolang ke ujung barat Indonesia, kini perjalanan saya mengarah ke Timur, tepatnya ke sebuah tempat yang indah di Nusa Tenggara Timur, Labuan Bajo. Kebetulan, saya baru saja resign dari pekerjaan saya di bank swasta, dan baru saja diterima kerja di bank BUMN efektif kerja mulai bulan depan, jadi saya minta resign pertengahan bulan biar bisa traveling dulu, dan mungkin saya tidak akan traveling lagi dalam waktu yang lama karena alasan pekerjaan, MUNGKIN. Seperti biasa, saya selalu bawa uang cash setiap traveling, ini dimaksudkan untuk menghindari tarikan tunai di ATM seenaknya yg menyebabkan keborosan, tentu uang cash ini sudah saya sesuaikan se akurat mungkin dengan kondisi yang akan saya alami selama traveling. Saya tarik tunai 3 juta rupiah yang saya rasa itu lebih dari cukup untuk traveling ke Pulau Komodo, mudah-mudahan cukup...
Partner saya kali ini masih sama dengan partner saya waktu ke Sabang tahun lalu, Arif Firmansyah. Kami berdua sepakat untuk menggunakan bus dari Jakarta sampai ke Bima di Sumbawa Timur, lalu menyambung ke Pelabuhan Sape dan akhirnya nyebrang lagi ke Fores. Perjalanan dengan bus akan memakan waktu sekitar 60 jam sampai ke bima, 2 jam dari Bima ke Pelabuhan Sape, dan 8 jam penyebrangan dari Sape ke Labuan bajo, jadi totalnya 70 jam atau 3 hari perjalanan. Kami berdua memang maniak Bus, dan dengan naik bus kita bisa tahu keindahan setiap kota yang kita lewati. Cape itu pasti, tapi terlalu fokus pada tujuan kadang membuat kita lupa menikmati proses, jadi Enjoy aja..
Hari Pertama, 19 Oktober 2014-10-29
Sore ini kita berangkat. Kami sudah seminggu yang lalu memboking tiket bus “RASA SAYANG” seharga 700rb tujuan Bima. Harga tersebut sudah termasuk service makan 5x, penyebrangan jawa-bali, bali-lombok, dan lombok-sumbawa, termasuk asuransi Jasa Raharja pastinya. FYI, bus tujuan Bima selain Rasa Sayang ada juga bus Safari Dharma Raya, Langsung Indah, dan Dunia Mas. Tapi yang recomended menurut saya yaitu berangkat naik Rasa Sayang, pulangnya naik Safari Dharma Raya, tarifnya semua sama 700rb dengan maksimal barang bawaan 30kg, kalo lebih kena biaya tambahan, bus berangkat dari terminal Pulogadung jam 2-5 sore tergantung bis nya.
Jam 2 saya sudah standby di terminal Pulogadung, bus Rasa Sayang berangkat setiap hari jam 4 sore. Saya dan arif ketemuan di terminal, di temani teman” kami dari BisMania Community Sumatera regional Jabodetabek.. Siang itu tampak 2 bus standby untuk berangkat ke Bima dan kami segera meletakan barang kami di bis. Penumpang tujuan Bima biasanya bawa barang banyak dan meletakan barang tersebut di mana saja selagi masih kosong, bahkan tidak segan” untuk meletakan barang tersebut di depan kursi anda kalau masih kosong, dan itu terjadi pada kami. Saat kami masuk ke bus, di bawah kursi kami sudah ada dus barang penumpang lain, tanpa pikir panjang segera kami angkat dus tersebut dan meletakannya di lorong bus, mau keinjek, ilang, atau apalah bodo amat punya siapa emang gue pikirin, dia aja yg punya barang ga mikirin hak saya untuk naro barang di kursi saya sendiri..
Jam 4 sore, bus siap di berangkatkan. Kondisi bus full penumpang, dan hampir 95% semua penumpang tujuan Sumbawa. Ini bagus, jika tidak full seperti ini biasanya bus akan ngetem lagi di terminal Purabaya untuk mencari penumpang ke Sumbawa. Kami berpamitan dengan teman” BMC Sumatera yg telah rela mengantarkan kami di terminal, Terima kasih J . 2 bus Rasa Sayang berangkat bersamaan sore itu menuju Bima. untuk mengenali bus yang kami naiki bisa dilihat dari stiker yg tertempel di kaca bus bagian depan karena banyak yg terkecoh dan salah naik bis karena bentuk kedua bis nya sama, maka dari itu kenali bus yg anda naiki dari stiker nya. Kami naik bus Rasa Sayang dengan tulisan “BIDADARIKU”, sedangkan bus yang satu lagi bertuliskan “METROPOLITAN”.
Sore itu di hari minggu jalanan ibukota sangat sepi sehingga bus berjalan santai sampai akhirnya tiba di rumah makan Taman Sari Pamanukan jam 7 malam. Di sini semua penumpang mendapatkan service makan free of charge karena sudah termasuk harga tiket bus.. Lauknya standar aja, nasi putih, sayur hambar, ayam goreng keras (mugkin ayam nya sering fitnes), dan syukurlah ketolong sama teh manis hangat gelas besar. Entah kenapa banyak orang berkumpul di depan bus kami dan terbengong-bengong melihat trayek bus kami di rumah makan ini, sedikit tidak biasa memang.
Perjalanan dilanjutkan kembali, dan seperti biasa selalu ada perbaikan jalan di Pantura yang sesekali bikin macet. Semakin larut, bus berjalan semakin kencang dipandu oleh bus Rasa Sayang Metropolitan di depan sebagai pembuka jalan. Pengemudi bus kami keduanya sudah agak tua, dan bus yg satunya lagi masih agak muda sehingga mereka menuntun bus kami untuk meliuk-liuk melewati ribuan truck pantura malam itu. Crew bus berjumlah 4 orang dengan 2 supir dan 2 kondektur sehingga masing” crew punya waktu yg cukup untuk istirahat. Jalanan yang sepi dan membosankan membuat saya tertidur.
Hari Kedua, 20 Oktober 2014
Saya terbangun di Kudus, kota Kretek. Pagi itu jam 5 subuh jalanan nampak ramai oleh bus” tujuan Kudus yang sedang menurunkan penumpang nya di beberapa tempat. Jalanan masih lancar jaya sampai akhirnya kami beristirahat di rumah makan Mitra, daerah perbatasan sebelum Tuban. Di sini kami hanya beristirahat tanpa service makan, kalo mau makan bayar sendiri. Lumayan buat bersih”, ngemil dan ngecas hp selama kurang lebih 40 menit. Keuntungan yang diperoleh dari kami yang duduk di depan adalah kita bisa menjadi yang pertama turun dari bus dan menikmati fasilitas rumah makan lebih dulu tanpa antri, apalagi telat selangkah saja masuk toilet maka antrian nya akan ngeselin. Terbukti, saat kami selesai dari toilet banyak penumpang lain yg sudah standby di luar dengan menenteng handuk dan alat mandi nya, dan saya Cuma cuci muka pake sabun karena belom bau” amat badan nya. FYI aja, penumpang tujuan Bima sangat sering menjaga kebersihan badan nya setiap kali berhenti di rumah makan, ganteng dan wangi lah pokoknya hehe..
Lanjut lagi, bus bergerak cepat menuju Surabaya dimana bus akan singgah di kantor untuk service kendaraan dan check penumpang. Jam 12 bus tiba di kantor bus Rasa Sayang di daerah Dupak Pasar Turi, Surabaya. Di sini bus berhenti agak lama sekitar 90 menit, dan di sini lah kami baru mendapatkan service makan kedua kalinya. Service makan nya standar warteg, nasi putih, sayur sop, ayam goreng tepung, dan tahu goreng, rasanya cukup enak walaupun sajian di etalase nya terlihat standar. Sengaja kami pilih untuk makan dulu karena udah laper banget dan nanti aja ke toilet nya. Setelah selesai makan dan kami hendak ke toilet, antrian nya belum selesai juga, Dan lagi-lagi penumpang nya pada mandi disini *standing applause sambil nahan berak
*service makan ala warteg
Kantor yang lebih mirip gudang beras ini, atau memang dulunya gudang beras selain menampung bus Rasa Sayang untuk service kendaraan juga menerima paket kiriman barang antar daerah, mungkin tujuan nya ke daerah Lombok dan Sumbawa juga bahkan sampai ke Flores. Di pool ini selain kita bisa makan ala kadarnya, ternyata banyak juga yang menjual souvenir untuk dibawa sebagai buah tangan bagi penumpang tujuan Sumbawa, dan memang para penumpang ini hobi sekali membeli oleh-oleh buat family nya disana. Bahkan anda tidak perlu ke Mall untuk membeli telepon seluler, di depan warteg saya makan tadi tersedia handphone dengan merk yang agak sulit dibaca, dijual dengan harga miring, lengkap dengan kardus dan kartu askes jika handphone anda mendadak rusak beberapa kilometer setelah anda beli.
Setelah selesai service kendaraan dan di cuci bersih, bus melanjutkan perjalanan mengarah ke ujung timur pulau jawa sampai akhirnya malam hari kami tiba di daerah PLTU Paiton dan akhirnya kami beristirahat kembali di Rumah makan dan Restaurant Utama Raya, ini adalah service makan terbaik dan paling keren sepanjang perjalanan saya dari Jakarta ke Bima. Menu makanan nya nasi rawon yg sangat lezat plus tempe goreng panas nan renyah serta segelas teh manis hangat, suasana rumah makan nya cukup romantis dengan lampu kuning redup serta kebersihan dan kemegahan Hotel di atas nya membuat kami merasa sangat dimanjakan, terlebih lagi kami makan secara Cuma-Cuma karena sudah termasuk biaya tiket. Selesai makan, saya langsung bersih” sekaligus sholat dan beli cemilan buat di kapal nanti. Rumah makan ini menjadi yg terfavorit bagi bus pariwisata yg hendak pergi ke Bali karena memang keren dan berkelas.
Semakin larut malam perjalanan kami sampailah kami di Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi. Malam itu tidak terlalu banyak kendaraan yang nyebrang ke Bali sehingga begitu sampai pelabuhan kita langsung masuk ke kapal tanpa antrian. Penyebrangan selat bali ini Cuma 30 menit, jadi gak perlu lah anda bungkus nasi padang banyak-banyak karena biasanya di kapal ini ada penjual nasi bungkus seharga 5rb cukup buat nemenin perjalanan di kapal, dan begitu ketemu penjual nya langsung saya beli 2 bungkus dengan menu nasi ayam dan nasi ikan tongkol kecil berumur 3 bulan, nikmat kenyang dan muraaaahh.. Setelah sandar di pelabuhan Gilimanuk, para penumpang diwajibkan melakukan pemeriksaan KTP, bagi anda yg KTP nya bermasalah mending bikin surat keterangan RT/RW, atau biasanya kena denda 20rb, kalo belum naik ya.
Hari Ketiga, 21 Oktober 2014.
Malam semakin larut, pemandangan sepanjang perjalanan di Bali juga gitu-gitu aja membuat saya tertidur pulas kekenyangan. Terbangun sekitar jam 3 pagi karena kegaduhan penumpang, ternyata bus lagi ngetem di terminal Ubung, Denpasar. Bingung juga sih karena seat udah penuh kok masih cari penumpang, mungkin crew nya gak tega lihat penumpang terlantar di terminal yg mau ke Mataram atau Sumbawa, jadi sambil ngetem minum air, angkat aja udaaah hehehe.. Lanjut lagi perjalanan menuju pelabuhan Padang Bai dan saya kembali tertidur santai. Sampai pelabuhan Padang Bai jam 5 pagi WITA, kita ternyata telat 4 putaran roda karena kapal baru saja berangkat ke Lombok. Yaudah, penumpang berhamburan turun untuk menikmati udara segar dan indahnya pemandangan pelabuhan Padang Bai pagi itu sambil menanti matahari terbit, arif pun tak kuasa menahan mules nya sehingga dia melesat cepat entah kemana.
Matahari perlahan menampakkan diskon nya, eh bukaan maksudnya cahaya nya. Semilir angin dan hempasan ombak terdengar riuh di telinga, sejenak mengingatkan saya pada mantan-mantan saya terdahulu. Belum selesai lamunan ini mengingat kesebelasan mantan saya, saya dikagetkan dengan klakson kapal KMP Sindu Dwitama yang ternyata perlahan mendekat menuju pelabuhan Padang Bai, mencoba mengajak saya bangkit untuk melupakan masa lalu. Senyum bahagia terpancar di raut wajah penghuni pelabuhan pagi itu, bahagia karena kapal telah tiba, dan arif yang mendadak muncul dengan bahagia nya abis berak. Bongkar muat kapal segera dilakukan, para penumpang disuruh jalan duluan untuk masuk ke kapal. Anda tidak perlu pasang muka skeptis sama crew bis anda karena takut di tinggal atau bis nya gak masuk kapal, semua itu sudah ada yang mengatur, yaitu petugas pelabuhan. So, Trust to him..
Perjalanan dari Padang Bai ke pelabuhan Lembar di Lombok memakan waktu sekitar 4 jam kalo lancar, kalo macet paling 5 jam. Fasilitas kapal disini rata-rata cukup bagus dengan ruang AC yang free of charge, jadi setelah anda masuk ke kapal segera menuju ruangan AC dan cari bangku agak panjang buat tidur kalo anda memiliki jiwa egoisme tinggi yg tidak mau berbagi dengan penumpang lain. Berhubung kami berdua traveler murah hati dan memiliki jiwa tenggang rasa diatas rata-rata, maka kami pilih satu bangku berdua dengan harapan kami dapat tidur dengan posisi duduk kaki selonjoran ke depan. Perjalanan yg agak lama ini gunakan waktu sebaik mungkin untuk ngecas HP atau powerbank, tarifnya 5rb sampe pelabuhan Lembar. Untuk cemilan anda bisa beli popmie yang selalu tersedia di seluruh kapal ferry manapun di Indonesia, harganya 12rb, cukup murah mengingat air panas nya harus di suling dan di rebus dulu dari air laut.
*ruangan AC KMP Sindu Dwitama
Kapal berangkat jam 7 pagi, ombak terlihat tenang dan kami pun dapat tidur dengan nyaman pagi itu. Jam 9 pagi saya terbangun kelaparan, segera saya muterin dek kapal untuk mencari penumpang yang duduk sendirian dan membawa cemilan, jadi saya bisa join dengan modus pura-pura ngobrol basa basi sampai akhirnya nya waktu itu tiba (ditawarin makanan yg dia bawa). Hal ini cukup efektif dan berulang kali saya lakukan setiap traveling ketika rasa tidak tahu malu saya sedang tinggi-tinggi nya, dan lagi males mecahin duit 100rb buat beli pop mie doang. Mata saya tertuju pada seorang kakek-kakek yang sedang duduk sendirian di meja yang tersedia untuk 2 kursi, pucuk di cinta nasi ulam tak kunjung tiba, segera saya hampiri kakek-kakek tersebut. Bermodal aqua 600 Ml sebagai senjata pelepas dahaga, saya basa basi ngobrol sama beliau yg sedang sibuk mengupas lontong dan ubi kering. “Pak, kursi nya kosong ga”? basa basi busuk saya dimulai. “Kosong dek duduk aja gapapa”, kata kakek itu. Oke, bahan modusan udah saya ketik dari semalem tinggal praktek nya aja nih hehehe
Sebetulnya, modus ini cukup berhasil dan saya pun ditawarin lontong dan ubi yang dia bawa sebagai cemilan di jalan. Namun hati siapa yang tidak iba melihat guratan lelah di wajah beliau, sorotan matanya yang tajam penuh pengalaman, dan tangan nya yg sedikit gemetar melahap jutaan karbohidrat yang terkandung dalam lontong dan ubi tersebut. Saya hanya tersenyum palsu menahan kelaparan menolak ketulusan kakek tersebut yang mau berbagi dengan saya, anak antah berantah yg tidak dia kenal yg bisa saja melakukan tindak kejahatan yang sedang marak terjadi di angkutan umum manapun. Air matapun mengalir di wajah saya bekas cuci muka barusan, dan saya beranjak pergi sambil menahan rasa sesak di dada tak tega untuk meminta. Akhirnya, duit 100rb saya pun pecah berkeping-keping buat beli pop mie 12rb, barulah saya menangis.
Kapal berlabuh di Pelabuhan Lembar, Lombok Barat jam 10:30 wita, 3,5 jam perjalanan dari padang bai. Kendaraan keluar satu per satu dipandu awak kapal dengan cepat karena sudah banyak antrian di dermaga yg akan menyebrang ke Bali. Perjalanan bus kami dilanjutkan menuju kota Mataram, ibukota dari Provinsi Nusa Tenggara Barat. 30 menit perjalanan dari pelabuhan untuk sampai ke kota, dan bus singgah di terminal Mandalika untuk istirahat dan service makan yang ke 4.
Lauknya lebih standar lagi, nasi ikan, sayur hambar, dan tahu goreng kering, asli bete banget kalo makan yg beginian tapi mau gimana lagi gratis gausah protes. Di terminal Mandalika, anda bisa menemukan berbagai macam buah”an yg dijual dalam beberapa ikat, dan laris diserbu penumpang buat oleh” untuk keluarganya, saya da arif Cuma bengong aja ngeliatin yang beli haha. Ada juga baju” kaos bertuliskan I LOVE LOMBOK, kemanapun saya traveling selalu ada baju bertuliskan I LOVE untuk nama daerah tersebut, terlalu biasa, kurang kreatif, ayo dong bikin baju daerah tuh yang unik” gitu jadi orang” tertarik dan mau beli.
Lanjut lagi, perjalanan dilanjutkan menuju pelabuhan Kayangan, Lombok Timur. Dari terminal mandalika ke Kayangan sekitar 2-3 jam, kita akan melewati kota Mataram yang tidak terlalu ramai, dan akhirnya menyusuri pantai yang bersih dengan lautnya yang mengharu biru yaitu selat Alas. Suasana pelabuhan relatif sepi tapi kapal belum ada yg sandar, jadi kami turun untuk foto” di pelabuhan sekalian beli nasi bungkus buat makan di kapal. Traveling sama Arif itu bawaan nya makaaaaaaan mulu, dan makan itu memang penting banget buat traveling jauh kaya gini, kalo badan drop dan mood anda hilang, maka sia-sia lah traveling anda yg jadinya akan hambar.
Gak lama menunggu kapal segera datang dan setelah bongkar muat kita segera masuk dan cari posisi yg pw buat makan. Jangan khawatir anda akan merasa bosan di kapal, biasanya akan disediakan hiburan seperti film yg pernah tayang di bioskop namun kurang laku, tapi cukup untuk membuat anda terhibur selama perjalanan.
*lesehan bareng sambil nonton
Jam 5 sore kapal merapat di Pelabuhan Pototano, Sumbawa Barat. Merah nya matahari sore itu menyinari pulau Sumbawa yg penuh dengan savana menjadikan rerumputan kuning kemerah-merahan, Subhanallah Indahnya. Indonesia memang kaya akan alam nya menjadikan kita para traveler dalam negeri bersyukur untuk bisa menikmati negara ini dengan segala kemudahan nya, harusnya kita bersyukur Indonesia adalah negara yang sangat luas dimana kita hanya perlu Bahasa Indonesia sebagai pemersatu nya. Kenapa kita harus bayar mahal ke luar negeri sedangkan segala kemudahan, keindahan, dan kekayaan alam negeri ini tak kunjung habis untuk kita syukuri. Ayolah kawan, Explore Indonesia !!
Cukup beruntung saya kali ini masih dapat melihat indahnya pulau Sumbawa di sore hari, pada traveling saya sebelumnya ke Sumbawa tahun 2011 lalu saya tiba disini malam hari dan tidak kelihatan apa-apa. Selama satu jam sebelum malam saya betul-betul seperti orang norak yang baru liat kampung orang keren kaya gini, kebalikan nya dari orang kampung yang norak datang ke Ibukota. Sampailah kami di kota Alas, Sumbawa besar untuk service makan yang terakhir kalinya, yang ke 5.
Baru aja abis makan, sekarang makan lagi pokoknya hajar aja biar fisik tetep kuat. Lauknya agak keren sedikit, nasi udang goreng tepung, sayur hambar, dan tahu goreng. Kayanya sayur hambar sama tahu goreng merupakan barang komplementer dalam traveling kali ini. Rumah makan nya bukan seperti rumah makan pada umumnya, tapi rumah (bekas rumah tinggal) yang dijadikan rumah makan sekaligus agen bus Rasa Sayang di kota Alas. Alhamdulillah, perut kenyang mata ngantuk berat, malam ini cocok banget bisa tidur pules. Perjalanan sampai ke Bima tinggal 7 jam saja.
Jam 11 malam saya terbangun menggigil kedinginan, sangat parah dingin nya. Agak kaget melihat suhu AC di bus 17,5 derajat membuat saya hampir mati kedinginan karena pake celana pendek dan jaket yang gak terlalu tebal. Syukurlah saya bawa sarung, selain untuk sholat juga bisa dipake buat selimut, tapi tipis nya sarung tetep gak terlalu ngaruh menghangatkan badan saya. Penumpang mulai turun satu per satu, tapi walaupun yang turun Cuma satu atau dua orang bongkar barang nya bisa 30 menit saking banyak nya barang bawaan dia yg diikat diatas bis, pengen teriak rasanya saking kedinginan dan pengen cepet” turun dari bis, tapi apa daya mata ngantuk dan badan males diajak bergerak untuk turun. Dan saya harus menahan penderitaan itu sampai jam 2 pagi barulah saya tiba di kota Bima, ALHAMDULILLAH selamat sampai Bima. Tapi, perjalanan belum berakhir karena masih harus naik elf ke pelabuhan Sape selama 2 jam, lalu kembali naik kapal ferry ke Labuan bajo selama 8 jam. Sambil nunggu agak siang, kami makan mie rebus dan ngopi buat menghangatkan badan, Subhanallah nikmatnya.
Hari ke empat, 22 Oktober 2014.
Terminal Dara Bima, itulah posisi kami saat ini. Di terminal ini anda tidak akan menemukan calo atau tukang ojek yang maksa” anda untuk naik jasa mereka. Katakan saja bahwa anda mau ke Pelabuhan sape, dan bilang mau nunggu agak siang dan mereka langsung maklum dan ga akan ganggu lagi. Warung-warung penjual kopi dan mie rebus pun sangat ramah pada tamu, dan harga nya relatif murah, anda tidak akan dikenakan tarif mahal walaupun tamu dr jauh, orang-orang di Sumbawa dan flores sangat murah senyum hehe.. Jam 5 pagi, kami mulai naik ke bus ¾ untuk ke Sape. Ada banyak bus ¾ tujuan sape, anda tinggal sesuaikan saja waktunya dengan waktu kapal berangkat di pelabuhan sape yg berangkat setiap hari jam 9 pagi, sedangkan perjalanan ke sape 2 jam jadi anda punya waktu untuk persiapan naik kapal disana.
Kami pilih duduk di atap bus karena mau lihat indahnya pemandangan sepanjang perjalanan dari Bima ke pelabuhan Sape, walaupun berpotensi masuk angin dan berbahaya, tapi demi Indahnya Indonesia kami selalu siap, Insya Allah.Tarif bus nya 25rb per orang, perjalanan 2 jam, cukup murah lah. Jam 5 pagi memang kita belum bisa lihat apa” di jalan, tapi menghirup udara bersih di pagi hari sebebas ini merupakan hal yg jarang saya lakukan di Jakarta, dan rasanya polusi ibukota langsung keluar setelah kita tarik nafas dalam-dalam dan membuang nya lewat pantat, nikmat sekali.. Jam 6 kurang langit mulai sedikit kemerah-merahan dan kami menantinya sambil terus bersyukur akan indah nya negeri kami ini. Tak lupa foto selfie kami abadikan sebagai kenang”an ternorak yg pernah kami alami, biarin aja yg penting kita puas haha.
Jam 7 kami sampai di pelabuhan Sape, Sumbawa Timur. Loket untuk membeli tiket ferry sudah buka dan kita langsung bayar cash seharga 60rb per orang nya untuk 8 jam penyebrangan. Sebelum naik kapal kita bungkus nasi dulu buat makan di kapal, harganya sekitar 15rb tergantung lauknya.
Jam 9:30 wita kapal berangkat, dan penumpang cukup ramai saat itu. Awalnya kami memilih duduk di kelas ekonomi untuk menghemat biaya, namun kesadaran orang-orang untuk tidak merokok di ruangan umum masih dangkal sekali membuat saya jengkel, boleh saja merokok tapi sebaiknya di ruangan terbuka sehingga asap rokok nya itu tidak terhirup orang lain, apalagi buat saya yg sangat gak suka bau asap nya itu. Untung nya Arif bersedia untuk pindah ke ruangan AC, ya lumayan lah buat tidur lagi selama beberapa jam di kapal, kena tarif tambahan 25rb per orang untuk kelas Bisnis AC. Tiduran sebentar sampai siang, baru lah kita makan nasi bungkus yg udah dibeli tadi. Jam 4 sore lewat dikit kapal merapat di Pelabuhan Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur.
Selanjutnya kita mau cari losmen untuk penginapan, yang murah tapi gak murahan, minimal ada AC nya karena flores itu cukup panas. Keluar dari pelabuhan segera ambil kanan dan disana banyak losmen maupun hotel bertebaran untuk para turis. Seperti bukan di negara sendiri pikir saya waktu itu, karena hampir 99% penghuni hotel pada saat itu mayoritas bule. Kami sempat melihat 2 orang turis lokal seusia kami juga yg sedang menawar tarif losmen di sekitar pelabuhan, saya segera menghampiri mereka. “Bang, mau cari losmen ya, ada recomendasi gak?” tanya saya pada dia. “Iya ini gw lagi cari losmen yg kelas backpackeran gitu, katanya ada di belakang jalan sana yg murah”, kata dia. “Emang di losmen tadi berapa bang?” kata saya. “75rb buat berdua pake kipas angin, ada yg lebih murah lg di belakang sana”, kata dia. BUSEET DAAAH, 75rb buat berdua lo masih mau cari yg lebih murah, mau tidur kaya apa itu nanti ? Ya boleh” aja sih itu hak semua traveler untuk cari yg paling efisien, tapi ya ga nyiksa diri juga kali, kita juga harus pikirkan diri kita sendiri. Trus dia ngajak kita gabung, saya bilang kita mau cari di sebelah sana aja bang.. Oke BYEE
Akhirnya saya dan Arif sepakat untuk nginep di Hotel Bajo, cukup modern bangunan nya dan ada kebun untuk menghirup udara segar di pagi hari, sekaligus sarang nyamuk yg akan keluar pada malam hari. Tarif nya 300rb untuk 2 orang, full AC, toilet di dalam, wifi, dan free breakfast. Akhirnya kami berdua bisa mandi yg terakhir kali kami lakukan di Jakarta 3 hari lalu. Selesai mandi, saya segera jalan keluar untuk cari info paket wisata untuk ke Pulau Komodo, tidak perlu jauh” karena di sebelah hotel bajo ini ada agen wisata yg menawarkan paket wisata tsb dengan harga bersahabat untuk turis lokal, namanya “KENCANA ADVENTURE”. Banyak paket wisata di Labuan bajo ini untuk ke pulau Komodo dari 700rb-1,5 juta, rata-rata harganya 1 juta per orang untuk paket wisata ke Pulau komodo, pulau Rinca, Pulau Kanawa, Manta point, Pink Beach, dan alat snorkling kalo belom punya, dimana semua itu akan dilakukan dalam 2 hari 1 malam dengan bemalam di kapal, sudah termasuk makan selama di kapal, tapi tidak termasuk tiket masuk Taman Nasional Komodo. Oke deal, kami sepakat untuk memilih paket wisata di Kencana Adventure seharga 750rb per orang, dan akan digabung dengan rombongan turis asing 4 orang jadi satu kapal isinya 6 orang, bahkan ada yg 10 orang tergantung kapal nya. Semakin banyak jumlah turis dalam kapal itu, maka share cost nya akan lebih murah lagi.
*Hotel Bajo
*tampak luar Hotel Bajo dan Kencana Adventure di sebelah kanan
Hari ke lima, 23 Oktober 2014.
Trip ke Pulau Komodo dan sekitarnya akan dimulai pada pukul 08.00 WITA. Kami terbangun dengan berat hati karena masih pegel sehabis 3 hari di perjalanan kemarin, tapi salah satu dari 7 keajaiban dunia versi satwa sudah menanti kami hari itu, dan kami bersemangat dengan sisa-sisa tenaga kami. Gak perlu mandi karena masih ganteng, yang penting cuci muka, gosok gigi, dan berak seperlunya. Jam 8 kurang kami ke ruang makan untuk ambil sarapan, dan sudah saya duga menu nya menu bule, makan roti tawar selai dan secangkir teh panas, kalo ada yg jual gorengan mendi gw beli gorengan deh kenyang. Jam 8 kami check out dari hotel, berkumpul di Kencana Adventure dan bergabung sama belasan turis asing lain nya, hanya kami berdua turis lokal saat itu, miris.. Setelah perlengkapan snorkling kami dapat, kami semua segera bergerak ke Pelabuhan dan naik perahu boat yg sudah di tentukan oleh agen wisata. Ada 14 orang turis yg memakai jasa Kencana Adventure hari itu, dan kami dibagi 2 kapal, 6 orang dan 8 orang. Yak Berangkaaaattt !!
Saya dan arif langsung berkenal dengan para bule-bule itu, namun karena bahasa inggris arif kurang fasih, terpaksa saya maju sendirian meladeni bule-bule itu. Alhamdulillah ilmu les bahasa Inggris saya waktu SD kepake juga, dan bermodal nilai bahasa Inggris “A” di kampus saya, jadilah kami semua akrab dengan sekejap saat itu. Sepasang kekasih berasal dari Republik Ceko, namanya Thomas dan Adele, serta 2 turis wanita asal Deutch Germany, Esther dan Sascha. Saya cepat akrab dengan Sascha karena ternyata dia bekerja di Jakarta di salah satu perusahaan pembiayaan usaha Mikro, dia memilih tinggal dan bekerja di Indonesia karena pacarnya kerja di Bali, jadi biar LDR nya gak jauh-jauh amat katanya haha.
*Otw pulau Rinca
Tujuan pertama kami adalah ke Pulau Rinca, yang terdekat dari Labuan Bajo sekitar 2 jam perjalanan. Hari itu ada 10 kapal yg berwisata di sekitar Labuan Bajo, dan miris nya lagi dari 10 kapal yg kira” ada 50 orang turis hari itu, hanya kami berdua turis lokal, sedih banget braaaay. Ayolah traveling ke Komodo, negeri kita ini indah banget kawan. Jam 11 kami tiba di pulau Rinca, dan langsung menuju tempat registrasi untuk bayar masuk Taman Nasional Komodo. Untuk turis lokal harga nya hanya 50rb per orang sudah termasuk biaya guide disana ditambah biaya karcis 2.500 rupiah, sedangkan Untuk turis asing 98rb kalo ga salah. Kami ber-enam dipandu oleh mas Ramli, penduduk asli pulau Rinca yang sudah sangat fasih berbahasa Inggris. Dan karena rombongan kami mayoritas bule, jadi mas Ramli menjelaskan segala nya dengan bhs inggris, dan arif hanya bersabar mendengar ocehan nya yg sangat fasih itu haha. Di Pulau Rinca ada 3 paket tracking, ada short trip, middle, dan long trip, namun karena hari semakin panas dan gersang banget maka mas Ramli menyarankan untuk mengambil middle trip saja, dan kami semua sepakat.
*Dermaga Pulau Rinca
Sekilas tentang Komodo, mereka adalah hewan purba yg satu-satunya masih bertahan hidup pada zaman ini, yang termasuk dalam 7 keajaiban dunia versi satwa. Umur komodo itu sendiri bisa mencapai 70 tahun, dan mereka adalah hewan berdarah panas yang aktif bergerak pada pagi hari, akan tetapi kalau sudah siang seperti ini mereka lebih cenderung berdiam di tempat yg adem, takut hitam kayanya. Komodo berkembang biak dengan cara bertelur, dan sang induk akan menjaga telur nya di sarang yg berbentuk lubang dan akan menjaga nya disana, maka dari itu di pulau ini terdapat tanda jika ada sarang Komodo di sana. Setelah telur itu menetas dan berubah menjadi Anak komodo, sang induk tidak segan-segan untuk memakan anak nya sendiri karena mereka hewan kanibal, mereka tidak memiliki naluri keibuan untuk anaknya sendiri, anaknya saja dimakan apalagi mahkluk hidup lainnya. Maka dari itu komodo muda biasanya akan keluar dari sarang dan tinggal di atas pohon untuk menghindari predator.
*Komodo ngadem
*Anak komodo baru pulang sekolah
*Sarang Komodo
Walaupun tubuhnya besar dan berat, komodo mempunyai gerak refleks yg sangat cepat dan tidak dapat di prediksi pergerakannya, komodo dapat berlari hingga 20-30 km/jam dalam menyerang mangsanya, mereka pandai berenang 4-5 meter dan dapat memanjat pohon dengan kukunya yg tajam, Air liurnya mengandung bakteri yg sangat mematikan sehingga hewan atau manusia yg terkenan gigitan komodo akan mengalami sakit yg mengenaskan dan hanya bertahan hidup 7 hari setelah gigitan tsb. Jadi, berhati-hati lah anda jika ingin mengambil gambar di dekat komodo, Dan yg paling penting jangan pernah menyentuh Komodo karena mereka sangat sensitif terhadap sentuhan, Di gampar sekali pake kukunya lumayan bray haha.
Tracking di pulau Rinca cukup berat, selain udara yg panas dan gersang kondisi jalan nya pun menanjak sedikit curam, perlu tenaga ekstra bagi orang-orang gemuk seperti Arif yang nampak kewalahan dalam berakselerasi di pulau Rinca. Memang secara fisik kami sudah kewalahan namun saya masih tetap kuat nanjak karena berat badan yg masih normal, ga kaya Arif hahaha. Sampai akhirnya kami tiba di tanjakan terakhir, nafas Arif makin kembang kempis, air minum bawaan nya tinggal beberapa mili, namun Arif tetap tegar melewati semua cobaan hidup ini. Thomas pun berkata kepada teman”nya, “He’s too Fat”, untung Arif gak denger ya jadi dia gak marah haha. Setelah sampai di perbukitan teletubies ini, pemandangan indah pun terbentang luas di hadapan kami, Subhanallah Indahnya. Setelah 2 jam tracking kami kembali turun dan segera balik ke kapal untuk makan siang.
*Mercy OH 1521 dan Hino RG
*Pemandangan teluk Pulau Rinca dr atas bukit
*Semangat Ripppp
Di kapal, seluruh awak kapal kami masih seumur jagung usia nya, paling kecil 11 tahun namanya Riki, dan paling tua yaitu kapten kapal nya berusia sekitar 20 tahun. Koki kapal kami namanya Seno, sekitar 15 tahun usianya tapi sudah sangat pandai memasak. Memang anak-anak Labuan Bajo sejak kecil sudah terbiasa hidup di kapal dan mereka belajar untuk menjadi awak kapal yg baik. Siang itu kami makan ayam goreng saus tiram, kentang goreng, dan sayur brokoli yang nikmat, semua itu di buat oleh anak-anak belasan tahun, kami semua kagum pada mereka. Awal nya kami ragu akan kemampuan mereka dalam mengendalikan kapal dan melayani kami selama di perjalanan, tapi mereka semua bekerja dengan sangat baik dan kami pun sangat puas akan pelayanan nya.
*Seno, koki kapal kami
*Riki, bocah yg tidak bisa tenggelam
*Nunggu makan siang
Jam 3 sore waktunya kami Snorkling di Pantai Pink, pantai yg pasir nya berwarna kemerahan karena pengaruh terumbu karang. Saya memakai pelampung karena arus nya yg kencang mengarah ke tengah lautan, yg penting bisa melihat indahnya terumbu karang disana itu sudah sangat cukup bagi saya. Maaf untuk foto bawah laut tidak tersedia karena kamera saya agak burem waktu nyoba foto, jadi bagi anda yg mau lihat secara jelasnya search aja di gugel yak haha. Hanya satu jam kami snorkling karena arus nya semakin besar, dan air nya juga dingin membuat kami segera beranjak ke kapal. Dan Seno, lagi-lagi membuat kejutan dengan menghidangkan kami pisang goreng panas untuk menghangatkan badan, TOP BANGET LAH..
*Berasa yg punya pulau sendirian disini
*Pisang Goreng abis Snorkling
Selanjutnya kapal bergerak ke arah Pulau Komodo, di sinilah kapal akan lempar jangkar dan akan bermalam. Laut di dekat pulau komodo nampak tenang makanya cocok untuk bermalam disana. Hampir 10 kapal yg berwisata hari itu juga bermalam disana, kapal saling dirapatkan dan diikat satu sama lain guna meminimumkan pergerakan kapal oleh arus laut. Sore itu matahari terbenam dengan indahnya, kami semua duduk di atas kapal sambil menikmati sunset Pulau Komodo yang Indah, Subhanallah, maha besar Allah dengan segala nikmatNya. Hari semakin malam dan angin laut semakin dingin saja, kami bergegas turun dan bersiap untuk makan malam. Selesai makan, bule-bule dari kapal sebelah bergabung masuk ke kapal kami untuk bercengkrama, sambil menenteng bir untuk menghangatkan badan. Sascha pun bertanya kepada saya apakah saya muslim atau tidak, dan saya bilang kami berdua muslim dan mohon maaf untuk tidak bergabung dalam obrolan kalian, dan Sascha pun memaklumi nya dengan baik. Kami memisahkan diri, bergabung dengan crew kapal yg sedang asyik berjoget dengan musik ala DJ yg diputer lewat HP 500rban tapi speaker nya nyaring tidak karuan, mungkin artinya BAJO adalah Banyak Joget hahaha.
*Galau menjelang sunset
*Bule kalo pada ngobrol kaga ada abisnya
Hari semakin larut malam, para bule muka nya udah pada merah dan obrolan udah makin ga karuan. Obrolan nya sih standar, apa menu makanan kamu sehari-hari, bagaimana perayaan hari besar di negaramu, abis ini mau kemana lagi, dst. Thomas sempat bingung kepada saya waktu saya menjelaskan bahwa sehari-hari kami selalu makan nasi, baik pagi siang dan malam. Thomas bertanya, apa bedanya? Lalu saya jawab knapa harus beda? Ya memang sudah jadi tradisi negara kami kalo ga makan nasi gak nampol. Thomas pun manggut-manggut entah dalam hatinya berkata apa haha. Jam 11 malam kami semua tidur, 4 orang tidur di bawah yaitu saya, Arif, Thomas dan Adele sementara Sascha dan Esther tidur di atas kapal.
*Arif paling terakhir bangun
*Sascha dan Esther pengen nyobain masuk angin
Hari ke Enam, 24 Oktober 2014.
Saya terbangun tepat sebelum matahari terbit, dan bergegas cuci muka untuk menikmati pagi yg indah ini. Awak kapal sudah terlihat sibuk membuatkan sarapan, dan Riki masih tertidur lucu-lucu nya di atas kapal. Perlahan matahari terbit, tidak henti”nya hati ini bersyukur bisa menikmati keindahan negara yang sangat saya cintai ini. Jam 7 kami semua sarapan dan bersiap untuk tracking di pulau Komodo. Tiba di pulau komodo, kita hanya dikenai biaya guide saja sebesar 160rb per rombongan, jadi 160rb di bagi 6 orang maka kami bayar 26rb per orang untuk 2 orang guide. Kami memilih long trip untuk tracking di pulau komodo karena hari masih pagi dan stamina lagi bagus”nya. Tracking di pulau Komodo tidak terlalu mendaki seperti di Pulau Rinca jadi lumayan tidak terlalu menguras tenaga. Kami bersyukur dapat melihat 12 ekor komodo selama 2 hari perjalanan ini, 6 di pulau Rinca dan 6 ekor di pulau Komodo. FYI aja, populasi Komodo di pulau Rinca hanya tinggal 336 ekor, sementara di pulau Komodo hanya sekitar 286 ekor saja.
*Komodo abis makan Rusa, gede badan ga kuat jalan haha
Setelah puas tracking di pulau komodo, kami kembali ke kapal dan bersiap untuk snorkling di Manta point, sebuah teluk yg kaya akan ikan Pari Manta yang menari dengan indah di bawah sana. Namun saya dan arif memilih untuk tetap di kapal karena stamina kami yang semakin drop, kami menghindari kelelahan di laut dengan arus yg lumayan kencang karena perjalanan kami kedepan masih jauh dan butuh stamina yg kuat. Jadilah kami menikmati Pari Manta dari atas kapal karena airnya yg jernih membuat semua orang bisa melihatnya dengan jelas. Thomas and friend dengan semangat nyebur ke laut dan berenang mengejar Manta tersebut, dan saya hanya membantu mengabadikan foto-foto mereka dr atas kapal. Adele sangat kagum dengan hasil fotografi saya, “ Hei Adhie, You’re very good photographer, very nice, thank you very much”, dan saya pun terbang kelangit ketujuh setelahnya.
Setelah itu kami makan siang dengan Ikan tongkol, mie rebus dengan sayur nya yg menggoda, dan ditutup dengan nanas dibalut dengan susu kental manis, maka nikmat Tuhan mana yang kamu Dustakan ? Bersyukurlah saya lahir di Indonesia, negara yang luas dan kaya akan keindahan alam serta sumber daya yg berlimpah, namun dikelola oleh pemerintah yg kurang pandai. Beruntung saya tidak lahir di negara” yg luas nya hanya seujung jari dibandingkan Indonesia, yang kalo mau traveling harus repot ngurus paspor visa dan tetek bengek nya, enak tinggal di Indonesia toh ?
Kapal bergerak lagi ke Pulau Kanawa, sebuah pulau yang sangat indah apalagi dilihat dari atas bukitnya yg menyajikan indahnya pemandangan di depan mata. Saya sakit hati bukan main di pulau ini, kapal tidak boleh merapat di dermaga dan para tamu yg ingin ke pulau ini harus berenang dari tengah laut. Ya, pulau ini sudah di sewa selama puluhan tahun oleh saudagar asing dari Italia. Hanya orang-orang yg ingin menginap disana yg boleh merapatkan kapal nya di dermaga, itupun kapalnya di sediakan langsung oleh pemilik pulau yg bertugas untuk menjemput tamu di Labuan Bajo. Saya yg sudah lelah untuk berenang memilih untuk diam di kapal mengumpat di dalam hati atas keterbatasan kami untuk menikmati keindahan di negeri kami sendiri, kami kecewa, sangat amat kecewa. Dan akhirnya perjalanan kembali di lanjutkan ke Labuan Bajo dan kami berpisah dengan para turis asing ini, senang sekali kami bisa bertraveling dengan anda, kata Sascha.. “Nice to meet you”, akhirnya keluar juga bhs Inggris dari mulut Arif sore itu yg dibalas senyuman ramah dari mereka semua.
*Ki-ka : Saya, Thomas, Adele, Sascha, Esther, dan Arif
Sampai di Labuan Bajo, saya dan arif memutuskan untuk mengecek jadwal kapal ferry untuk kembali ke Sape, karena kita akan pulang ke Jakarta dengan naik bis lagi dari Bima. Dan beruntung nya kami, sore itu ada jadwal kapal ferry tujuan pelabuhan Sape, jadi kami langsung segera naik kapal tanpa istirahat lagi di hotel demi efisiensi biaya, pokoknya setut terus braaay. Bungkus nasi Padang yang harganya hampir sama 25rb baik di Sumbawa ataupun flores, atau ada juga bakso harganya 15rb. Mending nasi padang porsinya banyak cukup untuk sampai besok pagi. Kapal berangkat jam 6 sore, dan suasana kapal sangat lengang membuat kami leluasa memilih bangku untuk tidur panjang malam ini. Kata orang Bajo, kapal KMP Marina Primera yg kami naiki ini adalah kapal tercepat di lintasan Sape-Labuan bajo, jadi kemungkinan anda akan sampai lebih cepat di sape beberapa jam dibanding kapal lain. Itu kami pikirkan nanti saja, yang penting sekarang makan dan tidur pules untuk memulihkan stamina.
*Sunset di Labuan Bajo
POOOOOT, POOOOT, POOOOT.. Arif membangunkan saya karena kapal sudah tiba di pelabuhan Sape. Saya lihat jam, HAH baru jam 11 malam kapal sudah mau merapat, Cuma 5 jam perjalanan dari Bajo ke Sape. Untunglah di dermaga masih ada kapal yg sedang muat, entah itu kapal ke Labuan Bajo atau ke Waikelo saya tidak tahu persis, yang jelas dari pelabuhan sape ada 2 tujuan kapal ferry yaitu ke Labuan Bajo dan Waikelo. Setahu saya untuk ke Labuan bajo hanya ada jadwal di pagi har jam 9 saja. Jam 12 malam kapal merapat dan kami bingung mau istirahat dimana. Sebetulnya ada losmen Mutiara di dekat pelabuhan, tapi kami merasa tanggung karena jam 5 pagi nanti sudah ada bus untuk mengangkut kami ke kota Bima. Akhirnya kami istirahat di depan warung makan pelabuhan yg ada beberapa bangku panjang untuk istirahat. Bagi anda yg traveling sendirian saya sarankan untuk menginap di losmen saja karena agak kurang aman disini, kenapa? Nanti saya ceritakan di bawah..
Malam itu kami dihampiri oleh pemuda setempat bernama Marley, pemuda yg pernah merasakan dingin nya sel tahanan akibat perkelahian dengan pemuda lain, dari Marley lah kami banyak pengetahuan mengenai kota Sape ini. Dari aroma yg tercium dari mulutnya, anak ini habis minum minuman “khas” para muda mudi. Tadinya kami agak takut dengan Marley, karena di balik baju yg dia pakai menyimpan sebilah parang, kami mencoba akrab dengan Marley dengan harapan kami bukan sasaran kejahatan dia malam itu, apalagi suasana pelabuhan sangat sepi sekali malam itu. Tapi Marley pemuda yg sopan jika orang sopan terhadap dia, intinya itu aja. Marley berkata Parang yg dia bawa ini untuk melindungi diri karena banyak nya tindak kejahatan di jalanan, baik itu mencuri ataupun memalak motor yg dia bawa. Kami sedikit bernapas lega mendengar penjelasan beliau. Kami semakin lega dengan datang nya bapak” paruh baya yg bergabung mengobrol bersama kami, dari auranya terlihat jelas bapak ini orang baik, maka kami berempat mengobrol banyak tentang kota Sape sambil ngopi” hangat. Untuk kesekian kalinya, Allah melindungi saya dari marabahaya selama saya traveling, Alhamdulillah.
Kota Sape ini adalah kota yang memiliki tambang emas dan kaya akan hasil perkebunan nya yg berlimpah. Beberapa bulan lalu kota ini pernah terjadi kerusuhan akibat beberapa orang pemuda yg menjadi provokator untuk membodohi penduduk sape guna menikmati hasil alam kota Sape yg berlimpah, dan akhirnya penduduk disini berontak dan kembali melawan para provokator tersebut. Warga setempat sempat memboikot akses pelabuhan selama beberapa hari yg menyebabkan perekonomian lumpuh. Akhirnya dengan musyawarah dengan kepolisian warga kembali membuka akses pelabuhan Sape, begitu yg saya dengar dari penjelasan Marley dan bapak paruh baya tersebut. Tak terasa hari semakin siang, jam 4 pagi kebetulan ada elf datang yg habis mengantar rombongan ke Sape dan akan kembali ke Bima. Tanpa pikir panjang lagi kami segera pamitan dan berangkat menuju Bima.. Fiuuuh, ngeri juga braay denger cerita nya.
Hari ke 7, 25 Oktober 2014
Kami sampai di bima jam 7 pagi, dan langsung cari tiket bis untuk kembali ke Jakarta, sedangkan Arif ingin singgah di Mataram tempat saudara nya. Sebelumnya saya sudah boking tiket bus Safari Dharma Raya (OBL) untuk besok pagi tgl 26 Oktober dan dapat seat paling depan, karena sayang aja kalo perjalanan jauh ga duduk di depan. Loket bus Safari belum buka pagi itu, jadi saya dan arif memutuskan untuk cari losmen dekat dengan agen bus Safari. Dapatlah kami Losmen V*V*, kenapa saya sensor nama losmen nya? Celaka nya, saya sudah membayar losmen tersebut untuk bermalam disini karena harganya yg murah hanya 60rb per malam dan dekat dgn agen bus, jadi saya tidak perlu cari losmen yg lain. Ternyata saya masuk ke losmen tempat para hidung belang melampiaskan syahwat nya. Saat saya ingin masuk ke kamar, di lorong sepanjang kamar banyak sekali para pekerja seks komersial menggoda kami para berondong tampan ini, MASYA ALLAH.. Kami mencoba bertahan dan selalu mengingat Allah jangan sampai kami tergoda, walaupun ada yg cakep sih satu hahaha..
Kami yang berniat ingin mandi menjadi ngeri karena untuk menuju toilet di ujung sana akan melewati barisan wanita” penggoda, nanti pas lagi mandi ngeri nya pintu kamar mandi di dobrak rame-rame sama mereka makanya kami memilih untuk diam seribu bahasa di kamar hahaha. Namun rasa kebelet kencing tak terhankan lagi, saya berusaha untuk stay cool menuju toilet. Dan benar saja, baru 5 langkah dari kamar langsung di godain sama mereka, “Haaaaaaaii, kok Cuma boking kamarnya aja kita gak sekalian niiih?” kata Ibu” berusia 40 tahunan. EMAAAAAAAAAAAKKKK tolooooooooongggg.. Abis kencing langsung gw jalan secepat mungkin drpd gw ditarik ke kamar bisa kacau dunia persilatan hahaha. Jam 9 pagi kami keluar losmen untuk cari tiket bis. Saya pergi ke agen bus OBL yg udah saya boking buat besok.Namun apes nya, atau bisa juga Untungnya, bus untuk keberangkatan tgl 25 Okt tidak jadi berangkat dan seluruh penumpang nya diundur ke tgl 26, dan bangku depan yg saya boking untuk tgl 26 pun terpaksa di mundurkan ke baris 3, dan saya menolaknya.
Mungkin ini jalan dari Allah untuk menghindari saya dari perbuatan maksiat yg bisa saja timbul jika saya bermalam disana. Akhirnya saya mencari bus lain yg masih ada seat depan untuk hari esok, atau pun malam ini kalau ada bangku kosong di barisan depan langsung saya bayarin. Dan Allah menjawab do’a saya, bus Rasa Sayang masih menyediakan seat nomor 1 untuk tujuan Jakarta berangkat malam ini jam 7 karena bus Rasa Sayang berangkat 2 bis tujuan Jakarta, langsung saya bayar cash 700rb tanpa pikir panjang lagi. Arif pun sudah mendapatkan tiket bus Surya Kencana seharga 190rb tujuan Mataram yg sama” berangkat jam 7 malam ini. Tiket di dapat, lanjut cari makan deket terminal Bima dan kami sepakat makan nasi Padang, harganya sama 25rb dimana” segitu. Perut kenyang, hati tenang, balik ke losmen dan kunci kamar segera kami tidur sampai sore hari.
Jam 5 sore kami check out dengan rasa lega, mampir sebentar di mesjid sebrang losmen untuk sholat ashar dan jamak sholat maghrib sekalian. Untuk mandi sebaiknya mandi di terminal Dara Bima karena toiletnya lumayan bersih untuk mandi, dan kita bisa cari makan di sekitar terminal sebelum berangkat. Jam 7 malam bus berangkat, para pengantar nampak memenuhi terminal saat itu. Banyak sekali TKI yg sepertinya akan kembali bekerja ke luar negeri, yang berangkat 2 orang tapi yg mengantar hampir 70 orang dengan menggunakan colt bak terbuka sebanyak 4 unit. Sedih sekali melihat raut wajah sang bunda yg melepas kepergian anaknya merantau sejauh itu demi memenuhi kebutuhan keluarga, sang anak pun mencoba tegar, namun tidak sampai 5 putaran roda bis ini berjalan, tangisan nya pun pecah tidak karuan, seperti tangisan John Terry ketika gagal mengeksekusi penalty di final Liga Champions tahun 2008 lalu yg menyebabkan kekalahan bagi tim nya. S E L E S A I
Rincian Biaya :
Tiket bis Rasa Sayang Jakarta-Bima pp Rp. 1.400.000
Micro bus Bima-Sape pp Rp. 50.000
Ferry Sape-Bajo pp Rp. 120.000
Hotel bajo per orang Rp.150.000
Paket wisata Rp. 750.000
Lain-lain Rp. 530.000
Total Rp. 3.000.000