Assalamualaikum sobat blogger. Awal tahun ini tentu saja banyak hal baru yang kita temui. Suasana baru, pengalaman baru, dll.
Kali ini saya akan share perjalanan saya bersama dengan teman-teman Street Photo Hunter menyusuri beberapa tempat wisata maupun spot indah di Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat.
Lantas kenapa tim ini dinamakan Kawa Daun, saya mengangkat ciri khas Tanah Datar yang tidak banyak diketahui orang lain yaitunya Kawa Daun. Saya rasa untuk memakai nama lain seperti Pagaruyung sudah terlalu mainstream.
Awal perjalanan kami dari Padang, kami langsung bertolak ke Lembah Anai. Ini juga merupakan satu pengetahuan baru, karena banyak yang menganggap Lembah Anai merupakan bagian dari Padang Panjang. Sebenarnya tidak, Lembah Anai masuk ke dalam bagian Kab. Tanah Datar yang mengelilingi Kota Padang Panjang.
Lembah Anai, Taken by TAFF Mini DV |
Disini kami menghabiskan waktu kurang lebih 1 jam di Lembah Anai. Tak lama kemudian kami langsung menuju Pandai Sikek. Teman saya Fauzan berhenti sebentar di SMA nya dulu di daerah X Koto. Kami makan nasi goreng dulu sebelum melanjutkan perjalanan.
Setelah Fauzan menemui guru-gurunya dulu. Kami langsung bertolak ke daerah Pandai Sikek. Kami mencari tempat yang cukup tinggi untuk mendapatkan gambar daerah ini secara luas. Setelah melihat-lihat di sekeliling jalan kami melihat sawah yang lokasinya cukup tinggi. Saya dan rekan-rekan meminta izin kepada masyarakat sekitar untuk mengambil gambar di tempat tersebut. Setelah mendapatkan posisi yang bagus, kami mulai mengambil gambar.
Pemandangan Pandai Sikek 1, Taken by Andromax |
Fauzan dan Gusneldi, taken by Andromax |
Irigasi sawah, taken by TAFF Mini DV |
Saya sendiri iseng iseng mengambil gambar di parit kecil tempat irigasi air sawah. Dari sana kami bertolak ke arah Koto Baru, namun ditengah perjalanan kami melihat sebuah Rumah Tenun dan kami berkunjung kesana. Para penduduk sangat ramah dan penghuni rumah sangat welcome kepada kami. Kami pun menyempatkan diri untuk berfoto didepan rumah ini.
Foto Bersama, Photo by Fauzan |
Rumah Tenun Pusako, Taken by Andromax |
Rumah Tenun Pusako tampak depan, Taken by Andromax |
Alat Tenun, Taken by TAFF Mini DV |
Fauzan sedang eksekusi, Taken by Mini DV |
Disini kami dizinkan untuk memotret bagian luar sampai ke bagian dalam Rumah Tenun ini. Pengunjung yang datang kesini mengisi buku tamu. Saya melihat dibuku tamu ternyata banyak pengunjung yang datang dari luar Sumatera Barat, bahkan banyak juga yang datang dari Mancanegara. Rumah tenun ini sendiri sudah memiliki website dan blog jadi pengunjung dari luar daerah bisa memperoleh referensi.
Menurut pemilik rumah tenun ini, banyak hasil tenunan disini yang diekspor keluar negeri, namun mereka juga banyak yang menolak pesanan dikarenakan beberapa hal seperti waktu pengerjaan yang cukup lama dan karena pengrajin tenun di daerah ini sudah mulai berkurang. Tentunya hal ini sangat disayangkan, masyarakat khususnya anak-anak muda harus bisa mempertahankan bahkan mengembangkan budaya ini.
Dari Rumah Tenun Pusako di Pandai Sikek, kami menuju ke Batipuh namun ditengah perjalanan kami melihat satu spot bagus didekat Kedai Bika.
Untitled, Taken by TAFF Mini DV |
Mesjid, Taken by Andromax |
Disini ada satu danau kecil, saya sendiri tidak tahu harus menyebut apa, entah bendungan, entah danau, entah genangan air yang luas. Disebelahnya ada 2 mesjid, yang satu mesjid lama dan yang satunya lagi sepertinya mesjid baru yang sedang dibangun. Namun menurut kesimpulan saya, mesjid ini tidak dilanjutkan lagi pembangunannya dan tidak digunakan lagi oleh warga, sungguh ironis.
Lokasi terakhir adalah di Batipuh yaitunya di Surau Tua Batipuh Baruah.
Surau Tua Batipuah Baruah, Taken by Andromax |
Rumah Tabuah, Taken by Andromax |
Kami memarkir kendaraan di pinggir jalan dan menuju ke lokasi ini. Awalnya kami tak melihat satu orang pun yang menjaga tempat ini namun dari kejauhan ada warga sekitar yang mendekat dan menanyakan maksud kami. Setelah berkenalan dan berbincang-bincang sebentar. Kami dipersilahkan masuk ke dalam. Disini kami mendapatkan banyak informasi tentang Surau Tua ini.
Bapak yang menjaga tempat ini bernama Bapak Armi dan sudah 20 tahun menjaga Surau Tua ini. Surau ini didirikan pada tahun 1884. Di surau ini banyak terdapat kegiatan seperti TPA, PKK, Pembangunan dan Pariwisata. Disini kami mengisi buku tamu yang berisi data tamu dan saran. Kami juga melihat banyak pengunjung yang berdatangan dari luar negeri dari buku tamu.
Disurau ini jua lah tergambar "Adat basandi Syarak, Syarak basandi Kitabullah". Lantai nya tidak rata (datar) melainkan agak sedikit melengkung melambangkan ciri khas Koto Piliang, "Bajanjang naiak, batanggo turun". Ciri khas lain terlihat dari bagian atap nya yang berbentuk tanduk kerbau yang berjumlah 4, 4 melambangkan "Kato nan ampek". Sampai saat sekarang surau ini masih berfungsi seperti sediakala. Tempat pembelajaran dan PKK.
Namun ada yang disayangkan oleh Bapak Armi. Penduduk sekitar banyak yang acuh tak acuh dengan Surau Tua ini, tak hanya itu, banyak yang sudah lupa dengan ajaran agama dan adat. Bahkan pemerintah daerah pun seakan lupa dengan Surau Tua ini. Tentu kita semua sangat berharap Surau Tua ini tetap terjaga, tetap berfungsi sebagaimana biasanya dan tak lekang oleh waktu.
Saya Kurniadi Ilham, sampai jumpa di Kawa Daun Op Part II dan Wassalam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar