Hari sudah menunjukkan pukul 4 sore. Aku sedang duduk di depan laptop, menyelesaikan pekerjaan yang kudapat dari sribulancer. Sore semakin dingin karena hujan semakin deras.
Beberapa minggu terakhir, aku memang dihadapkan pada situasi yang sulit. Itu semua karena aku menjunjung tinggi kebebasan, persahabatan dan kerjasama. Kini aku terkena dampak buruk dari semua itu, ya kita semua tahu, setiap hal ada sisi positif dan sisi negatifnya.
Ika, pacarku saat ini, tengah dekat dengan seorang pria. Aku mengijinkan Ika pergi dengannya, karena Ika bilang dia cuma teman. Aku berpikiran positif, karena mungkin nanti dia juga bisa jadi temanku. Dia jauh lebih mapan, jauh lebih tua daripada ku.Aku masih berstatus mahasiswa, dia sudah bekerja. Dia bisa memberikan kepastian, aku tidak. Jika diibaratkan level, aku cuma level pemula dihadapkan dengan level expert. Tapi aku tahu, aku dan Ika sudah merasakan pahit dan manisnya kehidupan bersama dalam rentang waktu 6 tahun terakhir.
Awalnya dia mengajak Ika jalan, kemudian makan, kemudian nonton. Dia juga mengajak untuk pergi berlibur setelah lebaran. Dari analisa ku, aku sudah membayangkan apa yang akan terjadi. Tujuannya bukan untuk berteman, tapi memang untuk menjadikan Ika sebagai kekasih.
Ternyata hal itu benar terjadi, dan dia sama sekali tidak tahu kalau Ika sudah memiliki aku di waktu tersebut. Ia menyatakan perasaan dan keinginannya, kemudian ia memberi Ika waktu 4 hari. Gejolak muncul, aku mendapat kabar itu dari Ika, dan Ika berada diambang ragu.
Kami berdua memutuskan Shalat Istikharah, meminta petunjuk dari Tuhan dalam menentukan pilihan. Karena aku pernah bersekolah di Madrasah, aku memberi tahu Ika tentang Istikharah. Tujuannya bukan mencari yang terbaik, hanya sebuah pengambilan keputusan. Tuhan akan memberikan petunjuk-petunjuk, dengan cara Nya yang rahasia. Kita sebagai manusia tidak bisa menebak, lewat medium apa Tuhan mengirimkannya.
Aku hanya bisa berkata, memang aku tidak bisa memberikan kepastian, aku cuma bisa berusaha. Aku tak punya jaminan yang bisa diberikan pada Ika, pada orang tua nya. Aku, yaaa hanya aku yang seperti ini. Aku cuma memberitahu prinsip Istikharah pada Ika, aku memberitahu keadaanku. Aku meminta padanya, apapun keputusan yang diambil, jangan pernah menyesal. Setiap hal ada kelebihan ada kekurangannya. Cara memperlakukan yang kurang, menurutku tidak dengan cara menolaknya, tapi merangkulnya. Gak ada yang sempurna, hanya Tuhan Yang Maha Sempurna.
Jam menunjukkan pukul 10 malam, salah satu adik ku menghubungi. Bukan kerabat, kami hanya berasal dari daerah sama. Di kampungku, berasal dari tempat yang sama berarti sudah dianggap keluarga. Ia bertanya basa-basi saja. Dimana? Lagi apa? Kami ngobrol biasa aja, sampai dia nyerempet bilang sedang mencari calon suami yang serius. Dia bertanya apakah aku punya teman yang sedang ingin mencari istri. Obrolan berlanjut panjang, aku sampai memberi beberapa saran dan nasihat. Aku masih dalam keadaan tenang dan bisa berpikir jernih.
Akhirnya jam menunjukkan pukul setengah satu tengah malam. Tak tahu kenapa, jantungku berdebar sangat kencang. Aku memang berencana melaksanakan istikharah jam 1 tengah malam. Menurutku, itu jam paling pas, paling sunyi dan bisa membuatku fokus hanya untuk beribadah. Tanganku bergetar secara terus menerus, kepala ku mulai pusing, dan nafasku tidak beraturan.
Aku memberitahukan adikku tentang kondisiku, karena dia lulusan keperawatan, sedikit banyak tahu soal kesehatan dan medis. Dia menyarankanku untuk tenang dan mengambil nafas perlahan. Kemudian aku berkata padanya, sedang dalam masalah. Aku berpikir pikiran biasanya tidak akan mengganggu kerja tubuh sampai seperti ini. Tapi dia berkata lain, pikiran dan tubuh sejalan, itulah kenapa orang bisa pingsan ketika ada kemalangan. Aku mengiyakan dan minta ijin shalat.
Aku mengambil wudhu dengan tangan bergetar, kemudian aku shalat. Aku merasakan ketenangan dan kedamaian. Setelah shalat aku berdoa kepada Tuhan. Aku tidak meminta untuk memberikan ku kemudahan. Aku cuma meminta, Tuhan menuntunku ke jalan Nya. Aku tak minta macam-macam, karena Tuhan Maha Tahu. Jika Ika adalah pasangan sejati ku, aku akan semakin berusaha, karena ini ujian dalam sebuah hubungan. Jika aku hanyalah medium yang mengantarkan Ika ke jodohnya, aku terima dengan lapang dada. Seketika, aku terbayang wajah Mama ku. Sosok Mama yang berwatak keras, Mama yang selalu menentangku, sekaligus Mama yang kusayangi. Papa ku lah yang membukakan mataku 8 tahun yang lalu tentang sosok Mama ku. Aku masih ingat kata-kata Papa, “Mama sayang sama Adi, tapi dia tidak bisa menunjukkan seperti yang Papa berikan ke Adi. Dia punya cara sendiri menunjukkan rasa sayang ke anaknya”. Setelah saat itu, Mama yang awalnya kuanggap jahat padaku, ternyata adalah Mama yang sangat sayang anaknya. Tuhan membukakan mataku melalui medium lain, Papa.
Mama tidak mudah menerima orang lain. Tapi Ika, adalah wanita ku yang sangat disayangi Mama. Pada saat aku dirawat di Rumah Sakit karena terkena Chikunguya, Ika datang, dan Mama menerima nya dengan tangan terbuka. Akupun sempat dibuat heran, kok bisa? Bayangan Mama, Ika dan Papa pada saat itulah yang muncul dibenakku secara tiba-tiba. Ya Tuhan, apakah ini salah satu pesan Mu? Ketenangan ku berubah menjadi perasaan yang berkecamuk. Dadaku terasa sesak, entah karena jantung, paru-paru atau hatiku yang bereaksi. Ucapan adikku ternyata benar.
Setelah shalat, aku berusaha membayangkan Ika, tapi tidak berhasil, seolah hilang. Aku semakin bingung dengan keadaan ini. Aku tidak menemukan jawaban, atau jawaban itu luput dari pandangan ku? Tapi setiap aku berusaha menghilangkan Ika dari pikiranku, dadaku serasa kosong. Aku merasa jantungku mengecil. Perasaan apa ini? Kemudian, aku memutuskan untuk melanjutkan Istikharah ku, di hari berikutnya, agar aku bisa mengambil keputusan yang tepat.
Tuhan memberikan petunjuk pada manusia ciptaan Nya. Tapi, keputusan tetap lah diambil oleh manusia itu sendiri.
Bersambung ke TUHAN BEKERJA SECARA RAHASIA, DAY 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar