Sabtu, 21 Februari 2015

Lanjutan dari Rebranding: "REPOSITIONING"

Selamat siang, hari ini cuaca cukup cerah di Padang, sebenarnya sangat terik dan saya harus berada di bawah kipas angin saat ini karena saking panasnya. (belum mampu beli AC).

Oke, seperti janji saya sebelumnya di tulisan REBRANDING, akan saya lanjutkan dengan bahasan selanjutnya yaitu REPOSITIONING.

Apa itu Repositioning? Saya tidak akan bahas etimologi, bahasa atau kajian istilahnya dulu, menurut saya ribet. Di awal-awal ini kita bahas nya ringan-ringan aja dulu, bagian ribetnya nanti. Saya akan menjelaskan arti Repositioning lewat gambar di bawah ini.


Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa ikan-ikan tersebut pindah ke akuarium yang lebih besar. Ikan tumbuh seperti hewan lainnya, ukurannya bertambah besar dan panjang dari waktu ke waktu (kecuali gak dikasih makan, ya mati). Seiring semakin besar dan panjangnya ikan-ikan tadi, maka mereka membutuhkan ruang yang besar juga. Lantas bagaimana kaitannya dengan Repositioning? Nah kita akan masuk ke dunia usaha. Yang ini mungkin lebih rumit dari penjelasan tadi, tapi jika kamu sudah paham dengan apa yang saya jelaskan diatas, kamu akan lebih mudah memahami tentang Repositioning dalam sebuah usaha.

Repositioning punya kaitan yang erat dengan Rebranding, namun keduanya berbeda. Repositioning berarti membuat ulang stategi penempatan posisi sebuah brand di benak konsumen, dengan cara memberi makna dan image baru. Sedangkan, rebranding adalah kegiatan yang melibatkan pergantian identitas dari brand, baik itu berupa perubahan logo, perubahan nama/merek hingga perubahan proyeksi citra di benak konsumen. Pada umumnya, rebranding mengandung unsur repositioning. Sebaliknya, repositioning tidak selalu membutuhkan rebranding. Dalam repositioning murni, yang berubah adalah makna dari brand, sedangkan identitas lamanya tetap dipertahankan.

Contoh repositioning (tanpa rebranding) yang berhasil adalah yang diterapkan oleh brand Samsung.  Dahulu, Samsung dikenal dan diasosiasikan dengan produk buatan Korea yang konservatif dan low quality. Saat ini, telah terbentuk citra baru menjadi sebuah global brand yang inovatif dan modern. Peningkatan ranking brand equity dalam survey global brand versi Interbrand juga fantastis.  Peringkat 42 pada tahun 2001 yang meningkat menjadi peringkat ke 21 pada tahun 2007, membuktikan keseriusan dan konsistensinya dalam pengembangan brand. Terlebih lagi, Samsung berhasil menggeser posisi Sony yang turun dari peringkat 21 ke 25 dalam kurun waktu yang sama.

Repositioning yang diikuti oleh rebranding dilakukan oleh perusahaan atau brand yang ingin melepaskan diri dari citra lamanya. Ini sudah dilakukan oleh banyak BUMN. Strategi rebranding-repositioning dikerjakan dengan tujuan merubah organisasi menjadi lebih consumer oriented, profesional dan modern. Perubahan internal ini yang kemudian dikomunikasikan ke eksternal melalui identitas baru. Beberapa contoh BUMN yang rebranding/repositioning meliputi Garuda Indonesia, Pertamina, BNI dan baru-baru ini, Kantor berita Antara. Dengan perubahan, diharapkan perusahaan tetap bisa bertahan di tengah persaingan industri yang mulai ketat.

Contoh rebranding yang tidak diikuti oleh repositioning barangkali cocok diberikan untuk Oil of Ulan yang kemudian berubah menjadi Olay beberapa tahun silam. Tujuan dari perubahan nama ini bukan untuk memberikan makna baru bagi produk/brand, tetapi lebih untuk tujuan menyatukan nama produk pelembab milik P&G ini, yang di banyak negara telah lebih dahulu dikenal dengan berbagai nama yang berbeda.

Semoga bermanfaat dan dapat kamu terapkan dalam dunia usaha. Tulisan selanjutnya saya akan melanjutkan seri "Sebuah Inovasi" jadi terus ikuti blog saya. Bagi anda yang ingin menghubungi saya dan ingin konsultasi mengenai bisnis, UKM dan kreatifitas bisa kontak saya via twitter di akun https://twitter.com/choukyin dan kunjungi perusahaan saya yang bergerak di bidang ide kreatif di link https://www.facebook.com/kiracreativeidea untuk kerjasama.

Terima kasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar