Jumat, 29 April 2016

Menikmati Makanan Khas Pulau "Borneo" di Bandung





Kali ini kita nguliner ke Jl.Setiabudi, disini ada tempat yang menyajikan menu kekinian dengan macam-macam bumbu khas Nusantara.

Sebagai pecinta masakan Indonesia, mimin bahagia banget nih, soalnya mimin nemuin tempat nguliner yang cocok sama selera mimin. Nusantara Kitchen @nusantarakitchen namanya.

Belum pernah nyobain rasa khas Sulawesi, NTB, Kalimantan, Jawa dan Sumatera? Disini tempatnya.

Ada ayam bumbu rica yang superrr pedas dari Sulawesi Utara, ada Bumbu Taliwang dari Nusa Tenggara Barat, Bumbu Habang dari Kalimantan Timur, Bumbu Kalasan yang nikmat dari Jawa Tengah, dan masih banyak lagi pilihannya.

Hebohnya lagi, All Price under 19k. Dan promo supernya bisa kamu dapetin cuma 16k untuk sajian ayam/ikan bumbu rica, bumbu hijau, dan bumbu kalasan.

Caranya cuma dengan nunjukin kalau kamu udah follow IG: @nusantarakitchen

Nih lokasinya lengkapnya:

Nusantara Kitchen Jl.Dr.Setiabudi No.107G (seberang 7cafe)

Open Hours: 10am - 10pm 
Untuk pemesanan bisa call 081214833555

Rabu, 27 April 2016

Farm House : Bisa pilih Susu atau Sosis

Rama Sagih


BANDUNG - Wana wisata di Bandung kini makin bervariasi dan menarik, satu yang wajib dikunjungi yaitu Farm House di Lembang.
Adapun tiket masuk untuk memasuki lokasi wisata Farmhouse Lembang, pengunjung dikenakan biaya tiket masuk sebesar Rp. 20.000,-/orang. Tiket ini dapat di tukar dengan segelas susu atau sosis bakar, jadi bisa sambil menghemat untuk jajan.

Untuk biaya Tiket Parkir untuk motor Rp. 5.000,- dan kendaraan roda empat  Rp. 10.000,-
Farmhouse Lembang terletak di Jl. raya Lembang no 108 Cihideung, jalur ini mudah dijangkau baik oleh kendaraan roda empat maupun roda dua.

Selamat pagi dari Selatan Kota Bandung

Fachri opuw


BANDUNG -  Selamat pagi dunia terucap dari Pangalengan yang indah, Pangalengan merupakan sebuah kecamatan yang terletak di selatan Kota Bandung yang secara administratif masuk ke Kabupaten Bandung.

Pangalengan yang hanya memiliki luas seluas 27.294,77 Ha dan berpenduduk sebanyak 130Ribu jiwa punya beberapa wana wisata yang wajib dikunjungi para traveller ketika berkunjung ke Bandung, diantaranya Situ Cileunca, Perkebunan teh dan pemandian air panas Cibolang.

Ada beberapa kebun teh dan kina yang dikelola PTPN dan peternakan sapi yang dikelola Koperasi Peternakan Bandung Selatan Pangalengan yang cukup terkenal.

Nikmatnya Bubur legendaris "Bunut" Sukabumi

Kuliner Bandoeng



SUKABUMI - Sekali-kali kita bahas kuliner bukan di Bandung agak sedikit melebar ke Sukabumi bubur yang sudah terkenal dengan rasanya yang khas, benar bubur "Bunut" ternyata Bubur Bunut sudah jualan dari taun 1981 sudah punya cita rasa tersendiri, rasanya maknyus banget, gurih bubur nya, berasa kaldu ayamnya. Keroket atau saya bilang risol isi bihun, garing alias crunchy, enak jika dimakan dengan bubur yang masih panas, dengan hawa sukabumi yang sejuk, tenang, dengan iringan musik instrumen khas sundaan, makanpun jadi lahap.

Bubur ayam "Bunut" ini terkenal diwilayah Sukabumi dan sudah banyak diliput oleh media nasional cetak maupun elektronik, jadi tunggu apalagi bagi yang belum merasakan nikmatnya bubur Bunut wajib berkunjung ke Sukabumi, cukup membanyar Rp. 15.000 untuk satu porsi bubur dan Rp. 2000 untuk satu keroket, adapun jam operasionalnya mulai pukul 06.00 sampai dengan 23.00 WIB.

Berikut alamatnya 
Jl. Siliwangi No. 93 / 131 Sukabumi
Telp : 0266 221325



Sabtu, 23 April 2016

Indahnya Bundaran Cibiru di Malam Hari

By Ajioo
Bandung - Cibiru kecamatan yang berada di wilayah timur Kota Bandung ini memiliki Luas wilayah 652,92- ha dengan Jumlah penduduk sebanyak 59,921 Jiwa wilayah ini cukup padat karena berdekatan dengan kampus UIN Bandung, Unpad Jatinangor dan IPDN sehingga wilayah ini cukup ramai dan macet ketika jam sibuk.

Tak banyak publikasi tentang Kecamatan yang dipimpin oleh H. Tatatng Muhtar, keindahan yang cukup mencengangkan mata dari sebuah kecamatan di Timur Kota Bandung ini, nampak bundaran Cibiru dimalam hari begitu indah, seperti yang diabadikan oleh Ajioo diambil melalui drone bundaran Cibiru nampak indah dan menawan.





Menikmati "Durian" Ambarawa di Kota Bandung, Makyus.

Kuliner Bandoeng


Bagi pecinta buah durian di Bandung atau yang lagi liburan ke Bandung boleh mampir ke kedai ini dengan alamat :

Duren Jawara
Jl. Sumbawa No. 60 Bandung
JawaBarat - Indonesia
Telp : 0817 191 676
IG : @durenjawara
"Legit dan Lembut, Lezatnya Jawara Banged !!"
.
Menurut pedagang jika pemasok duriannya berasal dari Ambarawa dimana kebayakan pemasok durian dari Lampung atau Medan ini dari Ambarawa, jadi patut dicoba nih duriannya.

Harga durian dengan berat 1,5kg dipatok dengan harga Rp. 100.000,- inipun sudah dapat diskon harga, sebagai tambahan kudapan bisa pesan Klapertart Duren yang dibuat dari campuran kelapa, durian dan juga kismis dipatok dengan harga Rp. 15.000,-  minum nya es teh manis Rp. 3.000,-dan teh hangat tawar, Rp. 1.000,-.

Jika masih kurang dan ada uang lebih bisa pesan  untuk buah tangan kerumah durian besar kisaran harga  Rp. 300.000,- cukup mahal namun dijamin puas dan kenyang. 

Tempatnya cukup nyaman, dengan banyak meja dan kursi kayu, jadi bisa makan duren dengan santai, ditambah lagi dengan hawa Kota Bandung yang adem pisan, semriwing angin bikin jadi beda, makan duren dengan hawa sejuk Bandung.
.
.

Selasa, 19 April 2016

Kuliner Malam Hari di Bandung "Sate Padeh Sanak" Apa Sih ?

Kuliner Bandoeng

BANDUNG - Sate Padeh Sanak  warung sate padang, perbedaan dari warung sate lainnya yaitu dari bahan baku daging kambing, sate Padang ini menggunakan bahan dasar daging Sapi.

Dengan bumbu dan rempah serta dengan teknik pengolahan yang baik hasilnya semua adonan ini meresap kedalam irisan daging sapi. Sate Padeh Sanak ini berarti " Sate Pedas Saudra" jadi sudah pasti pedas rasanya, seperti masakan padang yang selalu serba pedas. 

Pecinta kuliner harus coba ini, harga satu porsi Rp. 20.000,- kamu dapat 10 tusuk dan lontong ditambah kerupuk kulit seharga Rp. 3000 walaupun irisan dagingnya terlihat kecil namun cukup membuat perut kenyang dimalam hari dan untuk minuman kamu bisa pilih mau Milo seharga Rp. 5000 atau Teh Talia seharga Rp. 8000, Teh nya dicampur kuning telor ayam kampung, terus diaduk, jadi kentel berasa seperti teh susu .

Warung Sate Padah Sanak Jalan Ambon Bandung (depan Cafe Paris Van Java) belakang GOR Saparua ini buka Pukul 17.00 sd 23.00 WIB dan hari minggu tutup.

Minggu, 17 April 2016

"Bakso Semar" Ukuran Super Nikmatnya Juga Super

Kuliner Bandoeng


BANDUNG - Baso di Indonesia merupakan makanan yang banyak digemari berbagai kalangan tua dan muda hingga anak-anakpun menyukainya, penganan berbahan dasar daging sapi ini sangat cocok disajkan dengan mie yamin.


Istilah kata 'bakso' berasal dari bahasa Tionghoa yaitu Bak-So, sedangkan pengertian Bakso dalam bahasa Hokkien yang secara harfiah berarti 'daging giling'. Karena mayoritas penduduk Indonesia adalah muslim, maka bakso lebih umum terbuat dari daging halal seperti daging sapi, ikan, atau ayam. Kini, kebanyakan penjual bakso adalah orang Jawa dari Wonogiri dan Malang.

 

Nah ini ada satu tempat yang rekomen untuk para pecinta kuliner kunjungi Baso Semar yang terletak di Jl. Semar Buntu Paskal Bandung atau untuk informasi lainnya bisa menghubungi langsung via Telp : 022 7674 7877.


Harga 1 paket bakso urat dan mie yamin Rp. 22.000,-, dapat 2 baso yang besar, dengan campuran daging sapi yang dominan ditambambah mie yamin manis berasa makin mantap. Jadi tunggu apalagi para pecinta bakso mania.

Selama Masa Penjajahan Bandung di Pimpin 12 Walikota



BANDUNG - Perkembangan Kota Bandung kini setelah di nahkodai Ridwan Kamil sangat mencolok diberbagai sektor hal yang paling mencolok adalah pembangunan Fasilitas Umum atau Fasum berupa taman kota tematik. 

Perkembangan saat ini tak melepaskan dari sejarah masa lalu, E.A. Maurenbrecher (exofficio) adalah Walikota Bandung Pertama pada jaman penjajahan menjabat Tahun 1906-1907. Dalam Kurun waktu 35 Tahun Tahun 1906 hingga 1941 Bandung telah dipimpin oleh 12 Masa kepemimpinan berikut nama serta lama masa menjabat para Walikota Bandung masa penjajahan.

1. E.A. Maurenbrecher (1906-1907)
2. R.E. Krijboom (1907-1908)
3. J.A. van Der Ent (1909-1910)
4. J.J. Verwijk (1910-1912)
5. J.J. Verwijk ( 1910-1912)
6. C.C.B. van Vlenier (1912-1913)
7. B. van Bijveld ( 1913-1920)
8. B. Coops (1920-192
9. S.A. Reitsma (1921-1928)
10. B. Coops (1928-1934)
11. Ir. J.E.A. van Volsogen Kuhr (1934-1936)
12. Mr. J.M. Wesselink (1936-1941)

Walau mereka adalah bagian dari penjajah namun secara sejarah mereka tetap tercatat sesuai data yang di muat di situs www.bandung.go.id

Wisata Kuliner Khas Cirebon Tahu Gejrot dan Empal Gentong di Bandung

Kuliner Bandoeng


BANDUNG - Hari libur merupakan hari dimana kita berkumpul keluarga maka pilihanya adalah berkumpul di Rumah Makan dan Para pecinta kuliner patut dicoba kuliner khas dari Kota Udang yaitu Empal Gentong dan Tahu Gejrot yang ada di Bandung.

Rumah Makan Daun Semanggi yang terletak di Jl. Mustang B7 No. 6 Perumahan Kumala Garden Cibogo  ini menyediakan 2 makanan khas Cirebon agar kerinduan akan makanan ini terobati.


Harga Satu Porsi Empal Gentong dan Nasi dibanderol Rp. 39.000,- ini langsung isinya ada Daging dan Babatnya jadi tidak perlu memilih suka mana.

Sementara itu jika ingin tambah kudapan bisa pesan Tahu Gejrot seharga Rp. 10.000,- jangan sampai kepedesan, minta cabenya sesuai selera.

Bagi yang ingin mengobati keingininan menyantap makanan khas Cirebon langsung datang saja atau bisa pesan tempat dengan langsung menghubungi Telp : 022 2009995 / 0822 1919 4614. 

Sabtu, 16 April 2016

Sudah Coba Lumernya "Susu" di Mulut di Kedai "Imut"



BANDUNG - Warga Kota Bandung sudah akrab dengan serabi (surabi). Makanan tradisional yang terbuat dari tepung beras, terigu, kelapa, air, dan garam ini masih digemari banyak orang.

Untuk mengikuti perkembangan zaman, serabi kemudian dicampur berbagai macam makanan pelengkap plus aneka topping.

Jika ingin menyantap makanan ini, Surabi Imut bisa menjadi pilihan tepat. Karena ada banyak pilihan rasa.

Dona, pemilik Surabi Imut, telah memulai bisnisnya sejak 1998, meneruskan usaha orang tua.
"Kami surabi pertama di Bandung yang buat dengan selain oncom." ujar Dona, ketika ditemui di gerainya Jalan Setiabudhi No 194 Bandung.


Berbicara kelengkapan rasa di Surabi Imut, tak usah diragukan lagi. Bahkan akan terkejut dengan melimpahnya pilihan rasa yang ditawarkan. Tempat ini menyajikan 45 varian rasa!

Menurut pengakuan Dona, menu yang paling favorit adalah serabi cokelat keju susu, kemudian serabi telor oncom ayam spesial, serta serabi oreo keju dan serabi sosis ayam.

Serabi cokelat, keju, dan susu dibanderol Rp. 7000, serabi telor oncom ayam spesial dihargai Rp 9.500, serabi oreo, keju dipatok Rp 7.500, dan serabi sosis ayam Rp 8.500.

Serabi cokelat keju susu merupakan  salah satu menu favorit. Rasa keju dan cokelat maupun susunya tidak ada yang dominan.

Satu sama lain saling melengkapi. Di atas serabi, ada taburan seres cokelat yang telah lumer.

Sedangkan keju tumpah memenuhi keseluruhan serabi.
Taburan seresnya hampir tak terlihat tertutup serutan keju yang melimpah. Meskipun demikian, rasa kelapa di dalam serabinya pun masih terasa.

Serabi sosis telur oncom ayam spesial juga tak kalah lezat. Telur, suir daging ayam, sosis, oncom, serta lumuran mayonaise di atas serabi benar-benar proporsional. Ditambah saus pedas, rasa serabi menjadi lengkap. (Tribun News)

Jumat, 15 April 2016

Catat Agenda Akhir Pekan Minggu ke- 3 di Bandung



BANDUNG - Mau berlibur di Bandung diakhir pekan bisa mencatat beberapa agenda yang akan dilaksanakan, agenda di akhir pekan pada minggi ketiga di bulan April:

Balai Pengelolaan Taman Budaya Jawa Barat pada hari Sabtu, 16 April 2016 
"Konser Wayang Tekno" CDS Dalang Asep Aceng Amung Sutarya.
Acara ini digelar di Gedung Rumentang Siang.
Untuk waktu pertunjukkan bisa dilihat di Balai Pengelolaan Taman Budaya Jalan Bukit Dago Selatan Bandung, nomor telepon 022-2504912.

Pagelaran Heroes Preconcert yakni Concert and Dinner in Support of the Orchestra pada hari Minggu, tanggal 17 April 2016.
Pelaksanaan di Padma Hotel Bandung Jalan Ranca Bentang, Ciumbeuluit Bandung tepatnya di Jacaranda Meeting Room pukul 16.00. 

Rabu, 13 April 2016

Gending Raspuzi Tokoh Silat Jawa Barat Pernah Ajarkan Silat ke Aktor The Raid 2 dan Star Wars.



BANDUNG - Setelah memberikan workshop di Fresnes, Perancis, tokoh silat Jawa Barat Gending Raspuzi melanjutkan tur pencak silat tradisional khas Jawa Barat di Las Palmas, Gran Canariapada 9-10 April.

Dengan kurikulum Garis Paksi System, Gending memberikan pelatihan pencak silat tradisional Sunda kepada 20 peserta di Claudio Conti Academy. Beberapa peserta wanita pun turut mengikuti latihan aliran Cimande, Ulin Makao (Banten), dan Sera.Selain aliran silat tradisional, Gending juga mengajarkan ngibing penca, menarikan jurus silat mengikuti latar musik kendang penca tradisional Sunda.

“Ini adalah seminar yang bagus. Saya sangat senang mengikuti seminar ini. Banyak orang-orang hebat dan menyukai silat Terima kasih kepada guru-guru, Claudio dan Gending. Hari yang menyenangkan,” kata Mateo Vera, salah satu praktisi beladiri dalam workshop tersebut melalui pesan Facebook.

Workshop pencak silat tradisional ini juga mendapatkan sambutan hangat dari Presiden Asosiasi Bela Diri Canaria, Alexis Moreno. Melalui akun Facebooknya, Alexis merasa terhormat bisa bertemu Gending yang sudah bersedia datang jauh-jauh dari Indonesia. Alexis tidak lupa memberikan plakat penghargaan kepada Gending sesaat setelah workshop selesai.

Gending telah melatih banyak praktisi dari luar negeri. Kedatangan Gending di Las Palmas telah dinantikan oleh Linda Turcidan Claudio Conti, murid Garis Paksi sekaligus pendiri Claudio Conti Academy. Pasangan ini belajar pencak silat secara intensif kepada Gending secara virtual. Mereka juga pernah mengikuti latihan selama beberapa minggu di Bandung dua tahun yang lalu dan menjadi perwakilan Garis Paksi Indonesia di Italia dan Gran Canaria, Spanyol.



“Kami bangga menjadi penyelenggara workshop dan menyambut hangat guru kami Gending Raspuzi, pendiri Garis Paksi dan tokoh silatJawa Barat, di akademi kami,” tulis Claudio Conti di laman Facebooknya.

Setelah workshop di Las Palmas, Gending selanjutnya akan mengajarkan pencak silat tradisional di Dublin, Irlandia (16-17/4)dan Hannover ,Jerman (23-24/4).


Gending Raspuzi merupakan tokoh silat Jawa Barat yang mendirikan organisasi silat Garis Paksi dan senior di Panglipur. Ia juga pernah mengajarkan aliran tradisional Sera dan Ulin Makao kepada aktor The Raid 2 dan Star Wars.

Untuk informasi lebih lanjut hubungi Shihab (081280255415) atau e-mail pencaksilatcamp@gmail.com  Informasi lainnya dapat diakses melalui situs www.garispaksi.org.

Selasa, 12 April 2016

IM3 Ooredoo Freedom Basic Bebaskan Pengguna dari Aturan Operator



BANDUNG - Indosat Ooredoo hari ini meluncurkan produk terbaru kartu perdana IM3 Ooredoo Freedom Basic dengan membebaskan pengguna dari semua aturan operator yang memberatkan. Sebuah terobosan pertama di Indonesia yang akan membebaskan dari ketentuan batasan waktu penggunaan dan rumitnya tarif dengan menghadirkan layanan yang benar-benar mengerti keinginan masyarakat di Indonesia.

Dengan kartu perdana IM3 Ooredoo Freedom Basic ini, para pelanggan juga dapat merasakan pengalaman digital terbaik di jaringan data tercepat di Indonesia, melalui produk dan layanan yang mudah serta transparan.

Kartu Perdana IM3 Ooredoo Freedom Basic dijamin memberikan bonus unlimited nelpon dan sms ke sesama nomor Indosat Ooredoo yang berlaku 24 Jam setiap harinya. Benefit ini berlaku juga untuk semua aktivasi kartu perdana IM3 Ooredoo mulai hari ini yang bisa didapatkan di gerai-gerai Indosat Ooredoo terdekat dan diseluruh outlet ponsel.

Pengguna juga bisa mendapatkan berbagai paket unlimited berlangganan lainnya dengan menekan *123# dan pilih berbagai paket sesuai kebutuhan. Informasi lebih lanjutnya dapat diperoleh di halaman web indosatooredoo.com/freedombasic.

Chief Marketing Officer Indosat Ooredoo, Andreas Gregori, mengatakan ”Kami tak segan untuk melakukan revolusi Freedom, membebaskan pelanggan dari aturan operator yang memberi banyak batasan. Melalui IM3 Ooredoo kami hadirkan kartu perdana yang menjawab keinginan masyarakat Indonesia. Melalui produk dan tarif yang simple, bonus unlimited nelpon dan sms ke sesama nomor Indosat Ooredoo yang berlaku 24 Jam setiap harinya, kami membebaskan pelanggan dari ketentuan batasan waktu dan tarif yang tidak jelas.” 

Segarnya Es Cream di Tengah Panasnya Cuaca Bandung



ES krim di Bandung makin banyak variasi dan kreasinya. Ada yang memakai roti, biskuit, tempurung kelapa, dan buah melon sebagai media penyajiannya.

Khusus untuk es krim yang disajikan di dalam kulit buah melon berbentuk mangkuk dapat dinikmati di Kedai Update, Jalan Teuku Umar No 15, Bandung. Makin sedap rasanya jika disantap pada siang hari yang panas ini. 

Ada berbagai macam hidangan yang ditawarkan di sini. Salah satu menu yang paling disukai pengunjung adalah meloncolis. Menu meloncolis adalah es krim yang disajikan di dalam separuh buah melon sebagai mangkuknya. Daging buah melon dikeluarkan, kemudian kulit melon berbentuk mangkuk diisi dua skup es krim, jeli, puding, mangga, cokelat, oreo, dan bubble.

Konsumen bisa memilih aneka rasa es krim di sini, seperti green tea, stroberi, cokelat, dan vanilla. Selain es krim, varian rasa puding pun beragam yaitu mangga dan cokelat.

"Bentuknya beda. Di Bandung kan belum ada. Awalnya kami hanya sajikan melon sama es krim. Tanggapannya kurang dari pelanggan. Kami tambah dengan topping-topping lain dan tanggapan pelanggan bagus," kata Christian Siswadi, mantan koki kapal pesiar asing yang menjadi pemilik kedai ini.
Melonkolis biasa dengan isi melon dan dua skup es krim dapat dinikmati Rp 17.000. Sedangkan melonkolis topping lengkap dan melonkolis green tea dibanderol Rp 30.000. Kedua menu ini dilengkapi dengan es krim, oreo, grass jeli, puding, choco, chaca, dan kitkat. (Tribun Jabar)

Padang Banyak Event

Malam ini saya ngumpul sama teman-teman Street Photography Festival 2015. Namun kami tidak membicarakan tentang kegiatan festival yang ingin diadakan tahun 2016 ini. Justru kami membahas event-event lain yang saat ini sedang rame-rame nya di Padang.

Banyak nya event yang diadakan di kota Padang tentu menghadirkan banyak keuntungan, namun juga banyak kerugiannya. Keuntungannya tentu saja, Padang semakin rame, pertumbuhan ekonomi mikro dan makro semakin berkembang, dan semakin banyak pekerjaan dadakan yang bisa dibuat untuk menyambut event-event ini. Kerugiannya, karena banyak jadwal yang bertubrukan maka tentu saja ada yang rame, ada yang sepi. Tapi saat ini saya melihat banyak bermunculan EO baru yang kreatif dengan metode dan cara-cara yang segar. Semoga semakin memacu kreatifitas pemain lama juga untuk memperbaharui metode nya.

Yok, kita cek satu persatu. Saya mulai dari akhir 2015, karena memang lagi rame-rame nya saat itu. Mungkin ada beberapa kekurangan, karena saya posting cuma yang saya tau. Kalau teman-teman punya rekomendasi event lain rentang akhir 2015 sampai sekarang, silahkan tulis di komentar. 

Pertama ada event fotografi di tahun 2015 yaitu Street Photography Festival yang diadakan oleh Street Photo Hunters dan Gadgetgrapher Sumbar. Saya tau detail kegiatan ini karena saya ikut terlibat sebagai sekretaris kegiatan. Event ini adalah event Street Photography Festival pertama di Asia, jadi cukup berbangga. Di Eropa diadakan di London dan di Amerika diadakan di Miami. Walaupun belum mencukupi persyaratan sebagai sebuah festival, namun event ini sudah banyak diperbincangkan di berbagai daerah di Indonesia dan Malaysia. Balapan juga sama India karena setau saya di India juga mau bikin di pertengahan tahun tapi akhirnya gabung sama London Street Photography Festival. Kemudian setelah event ini diadakan, daerah lain seperti Jakarta juga mau bikin. Wess kapan lagi kan, yang pertama justru datang dari Padang, biasanya kan Jakarta mulu.

Next, di awal 2016 ada dari dunia perfilman yang diadakan oleh komunitas Cinemama. Beberapa kru Cinemama juga menyempatkan hadir di acara Street Photography Festival Sumatera Barat. Mereka mengadakan pemutaran film dokumenter yang mereka buat bernama Ingatan Visual. Kurang lebih Ingatan Visual bercerita tentang budaya yang ada di Minangkabau, kebanyakan budaya baru dan juga seni tradisional yang sudah mulai dilupakan oleh masyarakat. Ada Tari Kain, ada Salawat Dulang, ada Silek Lanyah, dll. Jika sebelum-sebelumnya Sumatera Barat lebih dikenal dengan event Pacu Jawi, Tari Pasambahan, Tari Piriang dan Pacu Itiak. Cinemama mencoba mengambil sesuatu yang berbeda. Cara penayangannya cukup unik. Ada beberapa layar yang disediakan, masing-masing menampilkan satu kegiatan dan ada sesi wawancara dengan pelakunya. Keren.

Selanjutnya ada Padang Sound Project (PSP) dan Padang Dance Movement (PDM) di tahun 2016. Saya sendiri kurang tau detail event nya seperti apa, yang saya tau dari temen-temen ya 'dugem rame-rame' karena menghadirkan banyak DJ, disk jokey ya bukan Dijah Yellow atau Titi DJ. Di Jakarta sebelumnya ada DWP, konsepnya saya liat hampir sama. Event ini sangat meriah, karena menurut statistik saat ini minat masyarakat masih seputar Musik & Komedi. Kalau sebelumnya banyak sekali kegiatan Color Run, sekarang malah gak keliatan lagi.



Event audisi-audisi seperti Uda Uni & Putri Hijab juga tidak ketinggalan. Sayangnya saya tidak mendapatkan banyak informasi tentang Uda Uni. Kalau Putri Hijab saya liat digital flyer nya di akun Info Sumbar. Karena acaranya banyak yang dempet, alhasil Putri Hijab aja cuma mendapatkan belasan kontestan. Padahal acara nya di Hotel Axana lho, sebelumnya di Bumi Minang sih, pindah tempat, tempatnya kan gede tuh. Ini kurang informasi tentang event lain yang serupa atau berlomba-lomba siapa yang bisa menjaring peserta lebih banyak ya. Yah walaupun begitu, mudah-mudahan sukses dan yang terpilih bisa bersaing lagi di Jakarta.



Kemudian ada lagi event musik yang menghadirkan beberapa musisi yang, eeee bagaimana ngomongnya ya, saya juga gak terlalu paham soalnya, beberapa teman bilang folk. Tapi yang saya tangkap adalah musisi yang membawakan lagu yang puitis. Contohnya ada Sore, Efek Rumah Kaca (ini udah lama saya denger lagu-lagunya, dari SMA malahan), kemudian yang terbaru ada Payung Teduh. Band pembuka nya ada temen-temen saya dari Goddbye John. Semangat men, main yang keren.



Satu lagi yang tak kalah menghebohkan adalah MNEK yang diakan pemerintah. Opo Mnek? Eh salah, harus nya opo mneh, aku gak paham bahasa jawa padahal. Tu nya cuma opo iki dan mangan, haha malah ngawur. Kegiatan Komodo 2016 yang berisikan berbagai kegiatan dengan empat acara internasional di Kota Padang dan Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumbar akan dilangsungkan tanggal 12 hingga 16 April 2016. Ada 36 negara yang ikut, banyak ya. Yang jelas dari berbagai sumber yang saya dapat, ini adalah kegiatan latihan militer bersama. Ada Lomba Marandang dan Peresmian Tugu Merpati Perdamaian di Danau Cimpago dan Pantai Muaro Lasak oleh Presiden Jokowi. Kemudian ada juga kegiatan lain yaitu pertandingan bola pantai.
Saya jadi ingat film Battleship, ada latihan militer bersama yang diadakan Amerika Serikat, ada pertandingan bolanya juga yang dimenangkan Jepang. Tapi kemudian saat semua kapal perangnya latihan, muncul Alien menginvasi Bumi. Mudah-mudahan yang di Padang tidak terjadi hal seperti itu. Lagi enak-enak bikin rendang, muncul Alien minta rendang. Penduduk Bumi bilang, ini namanya rendang. Dan Alien menjawab, !@#$$%^&&*). Nah itu bahasa Alien, artikan sendiri. Akhirnya mereka berdebat kembali apa sebenarnya nama masakan ini, hingga terjadi Civil War. Tentukan pilihanmu, Team Bumi atau Team Alien.

Aduh ini kok semakin ngawur, ya sudah. Kita akhiri, semoga tulisan ini bermanfaat untuk anda semua para pembaca. Abaikan omongan ngawur saya karena itu cuma sekedar candaan. Semoga saya tidak dicari oleh semua aparat yang membaca tulisan terakhir saya.

Terima kasih, bagi yang gak mau ketinggalan tulisan saya berikutnya, silahkan bookmark blog ini di browser kamu. Atau kamu juga bisa add to circle bagi yang suka buka google plus. Jangan lupa, seperti yang saya tuliskan tadi. Kamu juga bisa berbagi info event yang tidak ada di tulisan ini di kolom komentar. Mudah-mudahan saya bisa lanjutkan tulisan ini ke part II part III dan seterusnya. Sampai jumpa.

Senin, 11 April 2016

Bakso Campur Jamur Salju Kedai Ebod Cimahi



CIMAHI -  Menu bakso rasanya sudah tak asing ditelinga masyarakat. Biasanya, bakso disajikan dengan mie kuning atau bihun. Namun, bagaimana jadinya jika mie sebagai ciri khas pendamping bakso diganti dengan jamur salju dan jamur kuping.Ya, itulah yang dilakukan, Peni Pelani, pemilik kedai Ebod, di Jalan HMS Mirta Redja, nomor 92, Kota Cimahi.

Berbeda dengan bakso pada umunya, bakso campur jamur kedai Ebod disajikan dengan jamur salju dan jamur kuping disiram kuah bumbu kaldu yang gurih, dan beraroma khas.

"Baksonya tetap daging sapi murni, sedangkan jamurnya dijadikan topping pengganti mie," ujar Peni, saat ditemui.

Selain itu, kedai bakso ebod juga menyediakan paduan mie dengan jamur.
"Jadi menunya ada Bakso Ebod Canary, isinya bakso, jamur, mie, tahu dan tulang muda, ada juga Bakso Ebod Love Bird, itu isinya bakso, jamur, tahu dan tulang muda," katanya.

Satu porsi bakso campur jamur ini, ucap Peni, dibandrol dengan harga Rp 20 ribu sampai Rp 35 ribu.
Selain bakso, kedai ini juga menyediakan bergam menu lain seperti nasi, sup dan minuman. (Tribun Jabar)

Es Scoteng Cita Rasa Original "Skoteng" di Bandung



MAKANAN penutup (dessert) tradisional yang masih digandrungi masyarakat di Bandung saat ini adalah es sekoteng. Jika Anda ingin menikmati cita rasa orisinal sekoteng, Es Sekoteng Bungsu 29 di Jalan Veteran No 29 bisa menjadi pilihan tepat. Pasalnya, kedai ini sudah dikenal masyarakat sejak lebih dari 50 tahun silam, tepatnya sejak 1962.

Es Sekoteng Bungsu 29 pertama kali digagas oleh orang tua Susi Hermalia, pemilik Es Sekoteng Bungsu 29 saat ini. Sejak itu, hidangan ini selalu menjadi pilihan penikmatnya dari dalam dan luar Kota Bandung. Susi mengambil alih usaha orang tuanya ini pada tahun 2000, setelah orang tuanya wafat.

Salah satu alasan pengunjung terus datang ke sini adalah bernostalgia dengan suasana kedai dan kenikmatan menyantap es sekoteng yang terus dipertahankan pemiliknya.

"Ketika mereka SMP, SMA, waktu masih pacaran mereka ke sini. Sekarang mereka sudah punya anak atau cucu masih suka datang ke sini. Rasanya masih seperti dulu," ujar Susi.

Kedainya yang berbentuk lorong dihiasi oleh ratusan foto musisi ternama dunia. "Biasanya di sini juga ada live music. Lagu-lagu lawas tahun 50 sampai 70-an." kata Susi

Es Sekoteng Bungsu 29 masih menggunakan gerobak jati yang telah berusia 50 tahun. Es batu yang digunakan sebagai salah satu komposisi sekoteng bukanlah es balok yang biasa dijual penjaja es keliling. Es dipasok dari produsen es rumahan yang terjaga kebersihannya. "Kebanyakan pelanggan enggak mau kalau pakai es balok," kata Susi.

Kedai ini menghabiskan sekitar 200 porsi sekoteng jika sedang ramai-ramainya. (Tribun Jabar)

Lotek "Tjihapit" Kuliner Tetap Eksis Sejak Tahun 1970



DI Bandung, ada beberapa penjaja lotek yang masih mempertahankan kualitas rasa lotek sejak puluhan tahun lalu,dan eksis sampai saat ini. Lotek Tjihapit, salah satunya.

Lotek yang eksis sejak 1970 ini beralamat di Jalan Cihapit No 8A Bandung. Selain lotek matang, di sini juga tersedia lotek mentah, karedok, dan rujak. Keempat menu ini dibanderol Rp 15.000.

"Lotek di sini sama seperti lotek biasa. Mungkin yang membedakan rasa ya. Orang banyak datang ke sini karena rasanya khas dan mereka melihat ini sudah lama dari tahun 70-an," ujar Pemilik Lotek Tjihapit, Nunung Juariyah.

Dalam satu hari, Nunung bisa menjual lebih dari 100 porsi lotek. Lotek Tjihapit buka mulai pukul 09.00 hingga 15.00. Tidak jarang, lotek terjual habis satu jam sebelumnya, pukul 14.00. Anda bisa mengunjungi kedai ini untuk menikmati cita rasa lotek yang khas setiap hari kecuali Minggu.

"Pelanggan dari kalangan selebritas juga pernah ada yang datang ke sini. Berhubung di sini selalu penuh pengunjung, jadi kami tidak sempat untuk berfoto. Pak Dada Rosada dulu pernah ke sini," ujar Lengga, anak perempuan Nunung.

Kendati saat ini penjual lotek sudah menjamur di mana-mana, namun Lotek Tjihapit justru memiliki pelanggan lebih banyak saat ini dibanding dahulu. "Pesaing lebih banyak sekarang memang betul. Tapi Kami punya kelebihan dari yang lain yaitu kami sudah ada dari 1970. Sekarang kami promosi di media sosial juga. Mungkin itu yang membantu kenapa sekarang lebih rame daripada dulu," ujar Lengga.

Ia menambahkan, kedai ini akan terus seperti ini, mempertahankan masakan-masakan Sunda, meski kompetitor mengembangkannya dengan konsep resto. "Kami akan terus menjual makan yang sehat, murah, khas Sunda. Ini yang kami pertahankan," kata Lengga. (Tribun Jabar)

Sabtu, 09 April 2016

Hengkang dari Persib Umuh Ingin Perbaiki Sepakbola Indonesia



CIAMIS - Manajer Persib Bandung Umuh Muchtar serius untuk memperbaiki sepakbola Indonesia.
Menurutnya revolusi sepakbola Indonesia harus dilaksanakan dan Indonesia Soccer Championship (ISC) menjadi titik mulanya.

"Revolusi harus dimulai dari sekarang, sekaligus untuk memperbaiki dan memberitahukan kepada khalayak bahwa Umuh Muchtar bukan hanya di Persib saja," ujar Umuh di Hotel Tyara, Kabupaten Ciamis belum lama ini.

Bahkan jika perlu, kata Umuh, ia rela meninggalkan Persib dan mengambil bagian dalam kepengurusan PSSI dan berupaya menjadikannya lebih baik.

"Saya di situ akan mengambil komisi wasit, karena persepakbolaan Indonesia cuma satu, kuncinya wasit dulu yang harus dibenahi," katanya.

Kalaupun ISC digelar, Umuh harus memastikan siapa saja wasit yang akan bekerja.
Hal itu dilakukan bukan untuk kepentingan Maung Bandung semata, namun juga demi seluruh klub yang akan berkompetisi secara sehat dalam turnamen berdurasi panjang tersebut. (Tribun)

Ketua Organda Jabar : Uang Kembalian Angkot Baiknya Relakan Saja



BANDUNG – Ketua Organda Jabar Dedeh T. Widarsih mengatakan, soal penurunan tarif angkutan umum khususnya angkot, tiga persen dirasa tidak terlalu berpengaruh. Selain menyulitkan pengendara atau sopir, para penumpang juga kemungkinan akan kebingungan.

Dikatakan Dedeh, sebagai solusinya sopir angkot bisa minta penumpang atau pengguna jasa merelakannya atau menggunakan permen sebagai kembalian.

“Kendalanya kan di pengembalian, nah solusinya bisa minta direlakan saja atau kembalian pake permen,” kata Dedeh.

Namun, menurutnya hal tersebut hanyalah solusi yang perlu disikapi kembali oleh pemerintah. Pasalnya, ia mengatakan takutnya masyarakat menganggap uang tersebut uang haram meski nominalnya sedikit.

Dikatakan Dedeh, tarif angkot kemungkinan bisa saja turun kembali jika komponen lainnya yang bersangkutan dengan retribusi-retribusi pengusaha angkutan ikut turun. (PRFM)

Jumat, 08 April 2016

Jadwal SIM Keliling Polrestabes Bandung Weekend


Bagi yang ingin memperpanjang SIM berikut lokasi pelayanan SIM Keliling

Sabtu, 09 April 2016
Waktu 09.00 s/d 15.00 WIB

Lokasi Pertama
Yogya Kapatihan
Jl. Dewi Sartika

Lokasi Kedua
Radio Dahlia
Jl. Burangrang

Minggu, 10 April 2016
Waktu 06.00 s/d 10.00 WIB

Lokasi Pertama
Car Free Day (CFD) Dago

Lokasi Kedua
Car Free Day (CFD) Buah Batu

Apa saja yang harus dibayar ketika memperpanjang berikut rinciannya :
SIM C = Rp 75.000
SIM A = Rp 80.000

Asuransi : Rp 50.000
Kesehatan : Rp 40.000

Perhatian:

1. Biaya Kesehatan dibayar ketika pembuat SIM tidak membawa laporan kesehatan dari Puskesmas atau Rumah Sakit mencakup hasil Tes Penglihatan, Pendengaran dan Cacat Fisik.
3. Himbauan Polrestabes Bandung : Premi Asuransi dibayar pembuat SIM.

Kamis, 07 April 2016

Gubernur Jabar : Jawa Barat Kehilangan Sosok Perempuan Tangguh



BANDUNG - Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan (Aher) menyatakan rasa belasungkawa yang sebesar-besarnya atas meninggalnya Bupati Kuningan Utje Ch Aang Hamid Suganda pada Kamis (7/4/2016) sore sekitar pukul 15.45 WIB.

"Atas nama Pemerintah Provinsi dan warga Jawa Barat, saya berbelasungkawa atas meninggalnya salah satu tokoh penting di Jabar, khususnya di Kuningan. Jabar berduka, kita kehilangan sosok perempuan tangguh, ibu masyarakat Kuningan,” ungkap Aher dalam rilis yang diterima wartawan, Kamis (7/4) malam.

Malam ini, Gubernur Aher dan Wagub Deddy Mizwar meluncur dari Bandung untuk melayat ke rumah duka di Pendopo Kabupaten Kuningan dan memberikan simpati langsung kepada keluarga almarhumah serta warga Kabupaten Kuningan.

Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Kuningan, Agus Mauludin menjelaskan, sebelum meninggal dunia, almarhumah sempat memimpin rapat kerja dengan jajarannya. Setelah selesai, almarhumah mengalami serangan jantung dan langsung dilarikan ke RSUD 45 Kuningan.

Rencananya, jenazah akan dimakamkan di pemakaman keluarga di Winduhaji, Kabupaten Kuningan, Jumat (8/4) pagi.

Utje meninggal dunia pada usia 63 tahun. Dia meninggalkan seorang suami, Aang Hamid Suganda dan lima anak. Aang merupakan Bupati Kuningan periode 2013-2008 dan 2008-2013. Utje kemudian terpilih sebagai Bupati Kuningan menggantikan suaminya. (Tribun Jabar)

Massa Pengunjuk Rasa : Daripada Buat Beli 100 Fortuner Mending Buat Anak Yatim


BANDUNG - Ratusan warga Jawa Barat yang terdiri dari berbagai elemen masyarakat Jawa Barat melakukan aksi unjuk rasa untuk menolak rencana pembelian 100 mobil Toyota Fortuner baru yang diusulkan oleh DPRD Jabar.

Aksi unjuk rasa akan digelar di halaman Gedung DPRD Jabar, Jalan Diponegoro Bandung, Jumat (8/4/2016).

Berdasarkan pantauan Tribun, berbagai elemen masyarakat yang tergabung dalam Aliansi Peduli Jabar datang untuk menyuarakan penolakan mereka. 

Rencana DPRD Jabar yang hendak membeli 100 unit mobil Toyota Fortuner itu yang mereka suarakan.

Pasalnya, pembelian mobil tersebut diperkirakan akan menghabiskan anggaran Rp 50 miliar lebih. 
Massa berunjukrasa dengan menggunakan ratusan sepeda motor dan mobil bak terbuka.

Selain berorasi, mereka juga menyuarakan penolakan rencana pembelian mobil mewah para anggota dewan dengan membawa berbagai spanduk.

Koordinator aksi, Hendra Krisdiana meminta agar usulan pembelian 100 mobil mewah itu dibatalkan.
"Kami masyarakat Jabar dengan tegas menolak pembelian mobil mewah yang diperuntukkan bagi anggota DPRD Jabar. Jangan mementingkan kepentingan sendiri. Dengar suara rakyat. Buka mata hati kalian wahai anggota dewan," ujar Hendra sambil berteriak di sela-sela orasinya di depan Gedung DPRD Jabar, Jumat (8/4/2016).

Menurut dia, bila DPRD Jabar tetap memaksakan untuk membeli mobil mewah yang menghabiskan anggaran sekitar Rp 50 miliar lebih, para wakil rakyat akan menyakiti hati masyarakat Jabar.

Daripada digunakan membeli mobil mewah, kata dia, lebih baik digunakan untuk kepentingan masyarakat Jawa Barat.

"Lebih baik duitnya dipergunakan untuk masyarakat kecil, anak yatim. Masih banyak warga Jabar yang jadi pengangguran. Masyarakat Jabar masih banyak yang miskin, mau makan saja susah," ujar Hendra.(Tribun Jabar)

Rabu, 06 April 2016

Satu Malam "Jaring Sampah"di Sungai Citepus Sudah Numpuk



SOREANG - Dua aliran sungai di wilayah Kabupaten Bandung mulai dipasangi jaring untuk menyaring sampah. Jaring dipasang di Sungai Citepus dan Cikapundung yang merupakan sungai perbatasan antara Kota Bandung dan Kabupaten Bandung.

Pemasangan jaring sampah itu dilakukan unsur Muspika Kecamatan Dayeuhkolot, Selasa 5 April 2016. Lokasi jaring berada di Kampung Leuwimelang RT 1 RW 6, Desa Cangkuang Wetan yang berbatasan dengan Kampung Bobojong RW 9 Kelurahan Pasawahan, Kecamatan Dayeuhkolot,

Akan tetapi, sebelum dilakukan pemasangan jaring sampah di aliran Sungai Citepus itu, petugas dikejutkan dengan sudah adanya tumpukan sampah kiriman dari Kota Bandung yang terbawa aliran sungai.

Padahal, pada Senin 4 April 2016, Pemerintah Kabupaten Bandung sudah membersihkan sampah-sampah yang tersangkut di pipa-pipa tiang pancang penyaring sampah.

“Adanya tumpukan sampah ini sebagai pembuktian di lapangan bahwa selama ini sampah-sampah yang mengalir ke Citarum sebagian besar dikirim dari Kota Bandung. Dengan demikian, Pemkot Bandung pun jangan hanya berdiam diri dan melemparkan bola panas ke Kabupaten Bandung. Nyatanya, hanya dalam kurun waktu satu malam sudah terjadi penumpukan sampah dari Kota Bandung,” ucap Camat Dayeuhkolot Adjat Sudrajat di lokasi pemasangan jaring sampah di aliran Sungai Citepus.

Diungkapkan Adjat, selama ini pengelolaan sampah antara Kota Bandung dan Kabupaten Bandung saling lempar tanggungjawab dan Kabupaten Bandung yang selalu menjadi korban. Dijelaskan dia, tidak sedikit sampah kiriman Kota Bandung yang dibuang ke aliran sungai yang bermuara ke Sungai Citarum yang berada di wilayah Kabupaten Bandung.

“Pemasangan jaring sampah jelas efektif untuk menyaring sampah kiriman dari Kota Bandung. Nantinya, kami akan berkoordinasi dengan instansi terkait di Pemkot Bandung dalam hal pembuangan sampah yang terjaring ini. Sampah ini timbul akibat penataan kota yang buruk. Kalau pencitraan sih memang jagonya Pemkot Bandung,” tutur Adjat.

Ditegaskan dia, sebagai upaya pencegahan pembuangan limbah ke sungai, pihaknya pun berjanji menerapkan sanksi tegas kepada warga yang membuang limbah rumah tangganya ke aliran sungai. Tidak hanya itu, penerapan sanksi pun akan diterapkan kepada pelaku industri di wilayah Kecamatan Dayeuhkolot yang terbukti membuang limbahnya ke sungai secara langsung tanpa dilakukan pengolahan limbah lebih lanjut.

“Saya akan beri sanksi tegas kepada masyarakat di Kecamatan Dayeuhkolot yang terbukti membuang sampah ke sungai. Tidak hanya itu, demikian juga kepada pabrik-pabrik yang membuang limbahnya ke sungai tanpa ada pengoilahan terlebih dahulu, maka kami akan menutup saluran buang limbahnya itu,” ucap dia. (Pikiran Rakyat)

Warga Bandung "Panik" Berhamburan Keluar Rumah



BANDUNG - Gempa berkekuatan 6,1 skala Richter yang berpusat di 101 kilometer Barat Daya Kota Garut, Jawa Barat dengan kedalaman 10 kilometer, Rabu malam (6/4/2016) pukul 21.45.

Kuatnya getaran gempa tersebut juga dirasakan oleh warga di Kota Bandung dan Kabupaten Bandung. Sebagian warga tampak panik hingga beberapa berlarian keluar rumah.

Sany salah seorang warga mengatakan dirinya saat itu sedang menonton televisi namun terasa adanya getaran gempa, sehingga membuatnya berlari keluar rumah.

"Tadi teh lagi nonton televisi, tapi kok tiba-tiba ada yang goyang, saya kira saya yang pusing, tapi lihat air di gelas dan lampu gantung juga goyang, jadi saya lari keluar," ujarnya.

Kondisi yang hampir sama dikatakan Sabar (57). Selain itu Sabar juga merasa khawatir dengan saudaranya di Garut.

Karena saat ponsel saudaranya dihubungi seusai gempa, ternyata sulit dihubungi dan informasi yang muncul di lokasi ponsel saudaranya itu tidak ada sinyal.

"Iya tadi ada kabar gempa dari saudara di Garut, saya jadi khawatir soalnya kini telepon miliknya tidak dapat dihubungi karena kabarnya tidak sinyal," ujar Sabar. (Tribun Jabar)

Ketua DPRD Jawa Barat : Dewan Lebih Mementingkan Kesulitan Perekonomian di Banding Mobil "Fortuner"



BANDUNG - Ketua DPRD Jawa Barat Ineu Purwadewi Sundari membantah jika pimpinan DPRD pernah mendapat mobil dinas baru pada tahun 2015. Meski demikian dia mengakui sempat ditawari mobil baru namun dia menolaknya.

Hal itu diungkapkan Ineu kepada "PR"ketika dimintai tanggapan terkait pengajuan 100 unit kendaraan dewan yang sudah dianggarkan pada APBD murni 2016 ini.  "Tidak benar pimpinan dewan tahun 2015 dapat mobil dinas baru. Camry saya tahun 2012 terus satu lagi 2013. Saya memang ditawari tapi nolak," tutur Ineu pada pesan WA, Rabu, 6 April 2016.

Sementara itu, tokoh masyarakat Jawa Barat Tjetje H Padmadinata meminta pengajuan pengadaan mobil dinas jenis Toyota Fortuner oleh DPRD Jawa Barat dibatalkan. Hal tersebut bisa menyakiti hati masyarakat terutama kondisi sosial ekonomi masyarakat saat ini dinilai tengah terpuruk.

Menurut dia, pengajuan mobil dinas tersebut dinilai menyalahi kepatutan. Oleh karena itu pengajuan pengadaan mobil dinas tersebut harus dikaji ulang. 

"Itu harus dibatalkan. Kalau tidak dibatalkan ya ditunda jangan sekarang sekarang. Yang jelas  jangan sekarang-sekarang itu terlalu kontras dengan kondisi masyarakat sekarang," katanya kepada wartawan.

Dia berharap para anggota DPRD Jabar bisa menggunakan fasilitas yang ada. Terlebih fasilitas yang ada pun masih layak digunakan.  Jangan ada kesenjangan antara penghidupan rakyat dengan wakil rakyat.

"Justru sebaliknya, para wakil rakyat hendaknya lebih memperhatikan kondisi masyarakat saat ini yang cenderung kesulitan perekonomian," katanya.(Pikiran Rakyat)

Korban "Oknum Bobotoh" Harus di Amputasi



BANDUNG - Pihak Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) membenarkan bahwa saat ini sedang merawat anak Ridho Maulidin (5 tahun). Pasien tersebut diduga menjadi korban tabrak lari yang melibatkan oknum bobotoh sebelum laga Persib Bandung kontra Sriwijaya FC di Stadion Si Jalak Harupat. Pasien dirujuk dari RSUD Soreang ke RSHS pada Rabu, 30 Maret 2016, pukul 20.40 WIB lalu, dengan kondisi yang sangat parah karena kakinya sempat terlindas mobil.

Ridho dirujuk dengan kondisi mengalami luka-luka, kerusakan pembuluh darah akibat patah di kedua tulang paha, disertai syok karena banyak kehilangan darah. Ketika datang, pasien langsung ditangani secara intensif oleh tim dokter yang terdiri dari dokter bedah orthopedi, bedah vaskuler, bedah anak, anestesi dan lain-lain. Keesokan harinya Ridho pun langsung menjalani operasi pertamanya.

“Setelah kondisi pasien dimungkinkan untuk operasi, pada Kamis 31 Maret 2016 dilakukan operasi yang pertama yaitu operasi fiksasi luar (external fixation) dan operasi perbaikan pembuluh darah arteri (repair arteri),” ujar dr. Nucki Nursjamsi Hidajat sebagai Direktur medik & keperawatan RSHS dalam rilis yang diterima awak media.

Saat itu tim dokter mempunyai harapan agar kedua kaki pasien dapat dipertahankan dan dapat memperbaiki pembuluh darah yang rusak. Namun harapan tinggallah harapan, Ridho ternyata harus rela salah satu kakinya diamputasi. Untuk mencegah kondisi kakinya semakin memburuk, tim dokter memilih jalan amputasi yang dilakukan dari kaki sampai setinggi lutut

“Setelah diobservasi selama 2 hari, demi mencegah kerusakan yang lebih berat, pada tanggal 2 April 2016 tim dokter terpaksa melakukan tindakan amputasi pada kaki kiri pasien,” tulisnya.

Saat ini, pasien dirawat di ruang semi intensif RSHS. Setelah menjalani perawatan selama 7 hari, keadaan umum pasien sudah dikatakan baik. Tim dokter pun mempunyai harapan keadaan Ridho dapat terus membaik sehingga dapat segera pulih. (Simamaung)

Jadwal SIM Keliling Polrestabes Kota Bandung



Bagi yang ingin memperpanjang SIM berikut lokasi pelayanan SIM Keliling 
Kamis : 07 April 2016 
Waktu Layanan : 09.00 s/d 15.00 WIB

Lokasi Pertama
Yamaha JG Motor
Jl. Gatot Soebroto

Lokasi Kedua
Giant Supermarket
Jl. PHH Mustopa No.7

Apa saja yang harus dibayar ketika memperpanjang berikut rinciannya :
SIM C = Rp 75.000
SIM A = Rp 80.000

Asuransi : Rp 50.000
Kesehatan : Rp 40.000

Perhatian:

1. Biaya Kesehatan dibayar ketika pembuat SIM tidak membawa laporan kesehatan dari Puskesmas atau Rumah Sakit mencakup hasil Tes Penglihatan, Pendengaran dan Cacat Fisik.
3. Himbauan Polrestabes Bandung : Premi Asuransi dibayar pembuat SIM.

Street Photography, Egoisme dan Etika Part I

Selamat malam

Malam ini saya mau membahas tentang street photography (lagi), namun tidak seperti beberapa tulisan saya sebelumnya di blog ini, di blog street photography festival atau bahan workshop. Saya ingin mengangkat sesuatu yang berbeda diluar teknis ataupun komposisi. Kali ini agak lebih emosional karena lebih kepada pribadi seorang street photographer.

Saat pertama saya menggeluti dunia fotografi, dalam benak saya yang terpikir adalah yang penting suka dulu, baru kemudian kita menggali lebih dalam dan lebih dalam lagi tentang ilmunya. Namun banyak yang merasa bahwa fotografi justru menjadikan dirinya terpaku dengan kehidupan sosial nya, pergaulan, gengsi, dll. Kita merasa diri kita berubah menjadi orang lain, berubah menjadi apa yang 'kebanyakan' inginkan, berubah menjadi power ranger. Bukan ya, yang terakhir tadi saya cuma mengada-ada.

Saya berani mengatakan diri saya saat ini adalah seorang hobiis street photography karena genre ini membuat saya menjadi diri saya sendiri. Karya street photography seseorang selalu mencerminkan pribadinya, keluh kesahnya, pandangannya terhadap dunia, dan sebangsanya. Saya tak menampik bahwa genre lain juga 'seperti itu', mencerminkan pandangan fotografernya, tapi street photography saya rasa adalah yang paling pas untuk mewakili itu semua.

Kurniadi Ilham - Padang (2015)
Beberapa waktu yang lalu saya membaca satu buku berjudul Kisah Mata karangan Seno Gumira. Saya baru membaca sebagian kecil saja tapi saya sudah mendapatkan banyak pelajaran. Ada dua kalimat yang saya suka, akan saya kutip disini. Yang pertama adalah "Kalimat fotografer Alfred Stieglitz (1864-1946) menunjuk kepada suatu asumsi: Fotografi dipercaya tanpa syarat sebagai pencerminan kembali realitas". Yang kedua adalah "Dunia dalam pandangan realisme terwakili oleh konsep Karl R. popper tentang Tiga Dunia. Terdapat Dunia I yang merupakan kenyataan fisik dunia ini, Dunia 2 yang merupakan dunia dalam diri manusia, dan Dunia 3 adalah hasil ciptaan manusia, yang tentu saja adalah interaksi antara Dunia 1 dan Dunia 2".

Realisme Popper ini bisa diandalkan sebagai menerima fotografi yang mendeskripsikan dan memberikan eksplanasi tentang dunia, dengan bantuan teori. Artinya, teori bukanlah penjelasan final tentang realitas, tetapi secuil demi secuil mendekati apa yang disebut kebenaran. Jadi dalam konteks Popper, fotografi betapapun adalah obyektif, bisa dipisahkan dari subjek-subjek pendukungnya. Ketika menjadi obyektif maka fotografi menjadi solusi tentatif.

Kurniadi Ilham - Padang (2014)
Kata-kata tentatif seakan menjadi kunci untuk kita mempertanyakan sebuah obyektifitas. Misalnya satu foto yang memiliki 'sense of tragedy' dan disekelilingnya ada banyak orang yang sedang bersuka-ria. Akan banyak pendapat yang muncul tentang foto seperti ini, positif, netral, atau negatif. Well, disinilah peran fotografer, bukan hanya untuk menangkap sebuah realita dan menyajikannya sesuai dengan keadaan aslinya, tapi ia bisa memasukkan ide nya kesana. Apakah untuk membiarkan audience untuk berpikir atau menyajikan ceritanya secara detail?

Saya baru saja mencari definisi egoisme di wikipedia, kira-kira seperti ini. "Egoisme merupakan motivasi untuk mempertahankan dan meningkatkan pandangan yang hanya menguntungkan diri sendiri". Bagi saya sendiri, egoisme adalah menunjukkan pandangan pribadi kita. Menguntungkan diri sendiri atau menguntungkan orang banyak, bagi saya itu tidak ada masalah.

We see what we want, dan itu saya sajikan ke dalam karya. Jika orang melihat karya saya, maka yang sebenarnya ingin saya perlihatkan adalah, ini adalah pandangan saya terhadap dunia, kalau pandanganmu berbeda dengan saya, itu terserah kamu, kamu adalah kamu, saya adalah saya. Gila, saya ngomong udah kayak peran antagonis aja ya. Huahaha sana panggil ibu peri *evil. Maaf saya menceritakannya jadi berasa jahat ya, tapi sebenarnya hal ini baik. Menjadi diri sendiri tentu lebih baik daripada hidup dalam kepura-puraan.

Kurniadi Ilham - Padang Panjang (2014)
Lantas bagaimana dengan etika? Walau kita melihat dengan cara pandang kita, namun kita juga harus memperhatikan situasi sekitar. Misalnya saya sedang berada di sebuah pasar tradisional, dan saya memotret kondisi disana. Ternyata ada yang merasa kurang nyaman, seperti ibu-ibu yang sedang menyusui anaknya. Disini etika kita ditanya, saya memilih untuk pindah lokasi, atau tidak menggunakan kamera sama sekali. Kalau masih memilih tetap disana dengan kondisi seperti itu, dan kamu tidak peka, maka saya boleh bilang kamu adalah orang yang etika nya kurang.

Street photography adalah fotografi yang bercerita tentang situasi di ruang publik, banyak hal terjadi disana. Fotografer yang ingin mengabadikan momen di ruang publik ini boleh memilih untuk merekam sesuai dengan realita nya, bisa juga memperlihatkan pada audience tentang pandangannya, atau ingin merubah kondisi tersebut dalam sebuah foto.

Sampai jumpa di postingan selanjutnya, masih ada part II nya. Jadi bagi yang gak mau ketinggalan, ikuti terus blog saya, add to circle atau subscribe.

Selasa, 05 April 2016

Menelusuri Sejarah Fotografi Jalanan

Tulisan asli oleh Irma Chantily

Direpost dan disadur oleh Kurniadi Ilham & Maklum Foto
=======================================

[Temukan juga tulisan saya di https://maklumfoto.wordpress.com/]

Street photography telah jadi topik hangat beberapa tahun belakangan ini. Semakin banyak fotografer, baik yang profesional maupun yang amatir, memotret jalan-jalan dan orang- orang di sekitar mereka. Ketenaran pendekatan ini tak bisa dipisahkan dari kepopuleran internet dan media sosial, tempat setiap orang berhak memamerkan jurnal visual keseharian mereka dan orang lain punya hak yang sama untuk memuja atau menghujat karya-karya tersebut.
Kemunculan dan ketenaran beberapa situs yang didedikasikan untuk street photography, seperti Invisible Photographer Asia dan Sidewalker Asia, juga turut membantu penyebarluasan gaya ini di masyarakat. Para street photographer—bolehlah kita sebut mereka fotografer jalanan—jadi punya ruang khusus untuk bersanding dengan rekan- rekannya dari seluruh penjuru dunia. Ruang yang bukan untuk snapshot, bukan pula dokumenter, jurnalistik atau fotografi seni.

Layaknya sesuatu yang “baru”—dan seakan tak dikenal sebelumnya—banyak kalangan yang kemudian sibuk mencoba merumuskan apa dan bagaimana sebetulnya fotografi jalanan—dan dengan demikian, apa yang tidak termasuk ke dalamnya. Coba saja pergunakan telusuri arti kata kunci street photography di jagat maya. Banyak sekali arti akan ditawarkan, semuanya menyodorkan istilah dan aturan yang “seharusnya” diterapkan ketika hendak mempraktikkan fotografi jalanan. Padahal, ibarat lagu lama aransemen baru, gaya dan pendekatan ini bukanlah sesuatu yang baru muncul ketika teknologi kamera dan internet sudah semaju sekarang.
Perkembangan praktik dan pendekatan fotografi jalanan—layaknya praktik dan pendekatan fotografi yang lain, tak bisa dipisahkan dari sejarah dan kemajuan teknologi kamera itu sendiri. Kedua hal ini akan saling mempengaruhi, mendukung dan bereaksi— saling berkelindan hingga ke bentuk fotografi jalanan yang lazim kita temui dewasa ini.
Tulisan ini hendak mencoba menjabarkan peranan rantai sejarah dan perdebatan yang mengiringi tumbuh-kembang fotografi jalanan ke dalam dua bagian yang terpisah. Bagian yang pertama akan melihat para fotografer yang dianggap telah menghasilkan karya fotografi jalanan sejak abad ke-19. Bagian selanjutnya bermaksud menguraikan beberapa pokok perdebatan yang sering kali terbit ketika membicarakan praktik fotografi jalanan.

Fotografer Keliling Monas  dan  Tradisi Awal Street Photography

Pernah bertemu orang-orang yang berkeliling dan menawarkan jasa fotografi kepada anda di Monas? Mereka sudah beroperasi di Monas sejak 1970-an. Jika mau memiliki tanda bukti atas kunjungan anda ke sini, anda bisa memanfaatkan jasa mereka. Berposelah di monumen kebanggaan Soekarno itu; berlagak seperti anda sedang menyentuh, memeluk, atau mendudukinya. Sang fotografer akan memotret anda—memanfaatkan perspektif, kedalaman, serta cara pandang lensa. Hasil potret bisa langsung dicetak untuk anda bawa pulang. Sekitar lima tahun yang lalu, anda tinggal merogoh kocek sebesar sekitar Rp15.000 dan kenang-kenangan itu akan menjadi milik anda selamanya.
Yang dilakukan oleh para fotografer Monas itulah kira-kira yang disebut Colin Westerbeck dalam buku Bystander: A History of Street Photography (1994) sebagai awal mula pendekatan ini. Fotografer jalanan adalah orang-orang yang berada di ruang publik dengan kamera dan menawarkan jasa fotografi kepada orang yang lalu-lalang . Namun menolehlah lagi ke belakang, dan kita akan menemukan sesungguhnya gaya fotografi jalanan sudah dipraktikkan jauh sebelum kita banyak berdebat tentang definisi dan aturan yang mengikatnya di abad ke-21 ini. Jauh ke belakang, hingga kita bisa menemukan acuan visual fotografi jalanan dari karya-karya lukisan.
Kelahiran fotografi di Eropa bersamaan dengan Revolusi Industri, ketika metode kerja manusia perlahan mulai terotomatisasi dan kemajuan teknologi serta beragam penemuan baru di bidang optikal dan kimiawi semakin memudahkan hidup manusia. Masyarakat abad ke-19 menganggap mereka tengah berada di titik puncak kemajuan teknologi. Demikianlah kota-kota baru bermunculan bersamaan dengan globalisasi dan urbanisasi. Lanskap berubah. Masyarakat yang anonim tinggal bersama, dibatasi dinding, dan berpapasan hanya di ruang publik.
Realitas yang baru itulah yang dengan semangat diabadikan menggunakan fotografi. Kemampuan medium ini untuk merekam momen dengan cepat telah melampaui apa yang pernah dibayangkan manusia—yang selama ini tergantung pada para pelukis dan karya mereka untuk merepresentasikan sekeliling kita lewat citraan visual. Dengan cepat fotografi—dan fotografer—memanfaatkan momentum itu; mereka mendokumentasikan apa saja yang ada di sekeliling mereka: orang, bangunan, lanskap, interaksi manusia dengan sesama manusia serta interaksi manusia dengan lingkungannya.
Hubungan fotografer dengan kota memang selalu erat. Hampir semua jagoan fotografi kaliber dunia yang kita kenal pernah memotret kota tempat mereka tinggal dan jalan-jalan yang mereka susuri. Tak heran pula jika hasil penelusuran atas sejarah fotografi akan memperlihatkan bahwa foto-foto yang pertama diambil adalah yang memperlihatkan jalanan, atau yang diambil di jalanan. Ingatlah daguerreotype buatan Louis Daguerre (1787-1851) Boulevard du Temple (1938). Karya itu adalah salah satu gambar pertama yang memperlihatkan jalanan, sekaligus mengabadikan orang di dalam sebidang foto.

Louis Daguerre, Boulevard du Temple (1938)
Berangkat dari asal kata dan sejarah yang meliputi gaya ini, bisa kita tarik kesimpulan bahwa fotografi jalanan adalah foto-foto yang dihasilkan di jalanan dan yang merekam kehidupan orang lalu-lalang. Tentu saja definisi sangat sederhana ini kemudian mengalami perkembangan dan perdebatan karena adanya perubahan realitas sosial dan perkembangan teknologi kamera itu sendiri. Kini fotografi jalanan tidak lagi melulu berarti diambil di jalanan, ia bisa jadi diambil di ruang publik mana pun—pantai, taman, kafe, mal atau tempat terbuka mana pun lainnya yang mengizinkan orang-orang yang tak saling kenal mengaksesnya secara bersamaan.
Dalam bentuknya yang paling dasar, fotografi jalanan misalnya telah dilakukan oleh Eugene Atget (1857-1927) pada awal abad ke-20. Karya-karya Atget atas pendokumentasian kota Paris tua yang ekstensif bisa kita kenal berkat fotografer jalanan lainnya, Berenice Abbott (1898-1991). Abbott kemudian melakukan hal yang sama di kota tempat ia berasal, New York. Koleksi Atget di Paris dan Abbott di New York memperlihatkan kepada kita pengamatan atas detail desain interior yang kaya dan lanskap kota beserta bangunannya. Karya kedua fotografer ini tidak hanya memperlihatkan bangunan dan bentuk arsitektur, tapi juga konteks tempat bangunan itu berada. Mereka memotret jalanan, ruang dan orang- orang yang menempatinya. Melalui foto-foto Atget jugalah, kelompok surrealis seakan menemukan visi mereka tentang kota idaman; labirin urban tentang memori dan harapan.
Lain halnya dengan Robert Doisneau (1912-1994). Fotografer ini dikenal karena kefasihannya mendokumentasikan kehidupan di seputar kafe-kafe di Paris. Sebagai fotografer lepas pada 1950-an, Doisneau berhasil merekam momen dan warna kehidupan kota tersebut, sering kali dengan jepretan yang jenaka dan penuh empati. Foto-fotonya mengalun ringan, seringan langkahnya ketika menyusuri dan mengamati pasangan muda berciuman, pelukis melukis di jembatan, atau perempuan muda yang menikmati segelas anggur merah.

Robert Doisneau, Un Regard Oblique (1948)
Mungkin di antara sekian banyak fotografer jalanan yang telah menorehkan perannya dalam perkembangan gaya ini, Henri Cartier-Bresson adalah nama yang paling dikenal. Dengan “decisive moment”-nya, Bresson dikenal luas atas karya-karyanya yang dinamis, puitis dan penuh pertimbangan komposisi yang seimbang dan sering kali serupa mimpi. Lebih ingin dianggap sebagai fotografer surrealis daripada label lainnya, Bresson kerap memanfaatkan perspektif dan unsur dua dimensi dari foto untuk memberikan cara pandang yang khas tentang apa-apa yang terjadi di jalanan.
Jika kita lihat karyanya yang dibuat di Naples (1960), kita akan melihat bagaimana dengan cermat Bresson membuat subyeknya seakan berjalan menuruni pegangan tangga. Atau bagaimana dengan mengamati fotonya yang mungkin paling sering dijadikan rujukan, kita bisa melihat dua sosok yang melompat, menghasilkan komposisi dan keseimbangan yang sempurna. Foto-foto Bresson yang lain juga kerap memanfaatkan kekuatan bayangan dan komposisi terang-gelap—menjadikan subyek yang ia foto kurang penting di hadapan bayangan dan menghadirkan bentuk geometri yang kuat.

Henri Cartier-Bresson – France (1932)
Perkembangan teknologi kamera juga telah mengizinkan para fotografer menjelajahi cara pengambilan gambar yang berbeda dan merekam kota mereka dengan sapuan pandang yang tak pernah dilakukan sebelumnya. Kredo “Decisive moment”-nya Bresson mengandaikan adanya momen puncak dalam sebuah keadaan, ketika setiap elemen dalam bidang foto akan bergerak dan menempati posisi yang paling sempurna—momen puncak yang diakhiri ketika sang fotografer menekan tombol shutter.
Tanpa kehadiran kamera yang ringan, atau film yang memiliki kepekaan cahaya yang cukup tinggi, momen yang berkelebat bisa jadi terlalu sulit untuk diabadikan. Kemajuan teknologi kamera juga menjelmakan aplikasi teknis memotret yang dilakukan oleh Alexander Rodchenko (1891-1956), menghadirkan sudut pandang yang tak pernah terlihat sebelumnya. Rodchenko dikenal atas karya-karya foto yang berani dan tidak biasa. Ia memanfaatkan latar belakangnya sebagai pematung, pelukis dan desainer grafis, untuk menjelajahi beragam perspektif dan bentuk geometri untuk menghasilkan karya yang kuat secara visual dan berkesan modern dengan perspektif yang ekstrem.
Perkembangan teknologi kamera juga telah mengizinkan para fotografer menjelajahi cara pengambilan gambar yang berbeda dan merekam kota mereka dengan sapuan pandang yang tak pernah dilakukan sebelumnya. Kredo “Decisive moment”-nya Bresson mengandaikan adanya momen puncak dalam sebuah keadaan, ketika setiap elemen dalam bidang foto akan bergerak dan menempati posisi yang paling sempurna—momen puncak yang diakhiri ketika sang fotografer menekan tombol shutter.
Tanpa kehadiran kamera yang ringan, atau film yang memiliki kepekaan cahaya yang cukup tinggi, momen yang berkelebat bisa jadi terlalu sulit untuk diabadikan. Kemajuan teknologi kamera juga menjelmakan aplikasi teknis memotret yang dilakukan oleh Alexander Rodchenko (1891-1956), menghadirkan sudut pandang yang tak pernah terlihat sebelumnya. Rodchenko dikenal atas karya-karya foto yang berani dan tidak biasa. Ia memanfaatkan latar belakangnya sebagai pematung, pelukis dan desainer grafis, untuk menjelajahi beragam perspektif dan bentuk geometri untuk menghasilkan karya yang kuat secara visual dan berkesan modern dengan perspektif yang ekstrem.

Alexander Rodchenko, Street
Melalui sudut pandang yang sama sekali baru, karya-karya Rodchenko mencerminkan semangat revolusi Rusia dan Konstruksivisme yang ketika itu sedang berkembang: menggunakan aspek baru dalam berkesenian untuk mendapatkan hasil yang revolusioner.
Tentu saja, banyak fotografer lainnya yang patut disebut dalam kerangka fotografi jalanan. Dari Amerika dan Eropa kita mengenal karya-karya yang dihasilkan oleh Robert Frank, Diane Arbus, Jacob Riis, Walker Evans. Dari Jepang, Daido Moriyama dan Kohei Yoshiyuki memperlihatkan kepiawaiannya sebagai fotografer yang tak kasat mata di ruang publik dan menelanjangi kehidupan masyarakat Jepang. Semuanya berawal dari praktik para fotografer untuk mendokumentasikan kehidupan sehari-hari yang terjadi di jalanan, di ruang publik—mendokumentasikan sejarah, mengabadikan yang sesaat sebelum kemudian hilang dimakan waktu.
Layaknya genre dan pendekatan fotografi yang lain, definisi fotografi jalanan dan bagaimana gaya ini dipraktikkan oleh para fotografer juga terus berubah seiring dengan perkembangan zaman. Serupa definisi fotografi dokumenter; awalnya hanya berarti mendokumentasikan, lalu akademisi mulai mengimbuhi genre ini dengan pesan sosial atau narasi besar lainnya, dan terus berubah hingga kini fotografi dokumenter bisa bercerita tentang bragam perspektif, baik narasi besar atau pun narasi kecil yang lebih personal.
Tak berbeda dengan fotografi jalanan. Banyak jenis karya dan pendekatan yang bisa dianggap sebagai fotografi jalanan, meski tak semuanya adalah fotografi jalanan. Memotret dengan seketika, snapshot, bisa jadi adalah salah satu bentuk dari fotografi jalanan. Namun tentu tak semua snapshot adalah fotografi jalanan. Jika saja kita sedikit membebaskan diri dari kota-kotak genre fotografi, kita bisa melihat bahwa fotografer yang ingin mengabadikan kota yang tengah berubah dan bagaimana masyarakat sekeliling mereka hidup adalah manifestasi dari fotografi jalanan. Begitu pula dengan para fotografer yang menawarkan jasa fotografi kepada orang di ruang publik. Tak ketinggalan adalah para fotografer yang kuat dalam opini ideologi dan menggunakan fotografi sebagai medium berekspresi.

Perdebatan yang Menghangat

Hal lain yang selayaknya turut dicermati ketika membicarakan soal fotografi adalah konteks konotasi yang dihasilkan dari pembuatan sebuah foto—atau bagaimana cara memotretnya; candid atau tidak, sudut pandang dan fokus, dan lain sebagainya. Selain itu, perdebatan juga biasa melibatkan tempat foto diambil, subyek dan obyek yang “seharusnya” ada, serta aspek teknis lainnya, seperti jenis kamera yang digunakan, penggunaan flash, editing gambar dan lain-lain.
Sudah tentu, perdebatan tentang soal-soal tadi selalu membuat perkembangan medium terkait jadi lebih dinamis. Begitu pula dengan fotografi. Sejak pertama kali muncul, kehadiran fotografi sudah mengundang kontroversi—baik dari kalangan di luar praktisi fotografi, atau pun sesama fotografer yang berbeda “kubu”. Misalnya saja perdebatan tentang apakah sebuah foto itu subyektif atau obyektif. Jika mengikuti dalil John Berger dalam bukunya yang bertajuk Another Way of Telling, maka fotografi sesungguhnya mengutip realitas—bukan menerjemahkannya seperti lukisan. Foto, yang dihasilkan dalam sepersekian detik menggunakan refleksi cahaya atas benda-benda, adalah gambar visual tanpa kode, pengalaman atau pun kesadaran.
Contoh lain adalah perdebatan laten di kalangan fotografer jurnalistik dan dokumenter: jika fotografi adalah penghadir realita, maka sejauh mana hasil karya foto boleh dimanipulasi? Dulu foto dokumenter harus diberi bingkai hitam sebagai tanda bahwa segala sesuatu yang terfoto sesuai asli dan tidak ada yang diubah dengan sengaja. Menggunakan flash juga tidak diizinkan karena dianggap memberikan elemen tambahan pada realitas yang hendak ditangkap.
Soal menggunakan flash ini juga turut menjadi salah satu butir yang didiskusikan dalam ranah fotografi jalanan. Ada kelompok yang menolak penggunaan flash, ada yang mengamini saja. Child with Toy Hand Grenade in Central Park karya Diane Arbus (1923-1971) jelas dibuat menggunakan flash. Cahaya matahari yang jatuh ke arah lensa akan menutupi wajah si anak jika Arbus tidak menggunakan flash. Praktik yang sama juga dilakukan oleh Jacob Riis (1849-1914), fotografer jurnalistik Amerika Serikat pertama. Ia menggunakan flash powder untuk membantu pemotretan di tempat-tempat yang biasa ia datangi: ruangan kumuh dan gelap, bar tak berjendela dengan langit-langit rendah, kamar sempit yang ditempati banyak orang, dan jalan-jalan yang muram tempat berdiamnya kelompok masyarakat miskin di New York.

Diane Arbus, Child with Toy Hand Grenade in Central Park, New York City (1962)
Liz Wells, editor buku Photography: A Critical Introduction, mengatakan bahwa melakukan cropping dan mengubah warna foto dokumenter bisa membuat anda kehilangan kredibilitas sebagai seorang fotografer. Hingga kini perdebatan itu masih berlanjut dan justru sempat menghangat ketika  Photography menawarkan jasa untuk sedikit “memperbaiki” warna foto secara digital. Padahal, menurut Victor Burgin, manipulasi adalah esensi dari fotografi. Para fotografer adalah orang-orang yang memanipulasi aspek fisik dan produksi foto: kamera, film, cahaya, obyek dan manusia. Semua itu dilakukan fotografer untuk mereproduksi citraan dunia sebagai “obyek kontemplasi visual”.
Subyektivitas dalam fotografi dan kesadaran “memanipulasi” tertuang dalam gaya fotografi jalanan modern yang berkembang di Amerika pada 1950-an. Ketika itu, representasi visual yang terbut adalah yang menawarkan bentuk visual yang spontan dan langsung, subyektif, serta mampu memperlihatkan emosi suatu zaman. Bantahan Robert Frank (lahir 1924) atas kredo “decisive moment”-nya Bresson turut berperan dalam perkembangan konsep fotografi jalanan yang baru. Bagi Frank, semua momen adalah puncak dan bernilai, ditandai dengan keputusan seorang fotografer untuk mengabadikan momen tersebut dengan kamerany. Fotografi jalanan dianggap bertujuan mencari momen acak di ruang publik, menemukan ketakterdugaan di tengah komposisi yang tersusun rapi.

Robert Frank, Political Rally (1956)
Menemukan ketakterdugaan dengan komposisi dan jukstaposisi yang kuat di ruang publik bisa menghasilkan foto jalanan yang menarik. Sulit, memang. Tapi justru di situlah letak tantangan para fotografer jalanan dewasa ini. Menyeimbangkan semua elemen tadi, dan menghindari citra yang klise—semua itu untuk menemukan acuan visual termutakhir bagi fotografi jalanan.
Mempelajari sejarah dan menoleh ke belakang bukanlah semata usaha bernostalgia dan menumbuhkan romantisme. Masa lalu bisa mengajarkan kita akan perjalanan panjang praktik fotografi jalanan, bagaimana ia berkelindan dengan medium lain, situasi sosial, politik, serta kemajuan teknologi kamera. Saling mempengaruhi di antara semua aspek tadi pada akhirnya akan menerbitkan referensi visual dan pewacanaan fotografi yang terus menerus terbarui.

==========================================================
Profil Irma Chantily

Irma Chantily lahir di Jakarta, 1985. Ia adalah penikmat fotografi, meski sama sekali bukan fotografer. Ia beberapa kali menulis tentang fotografi di media massa cetak dan online serta terlibat dalam produksi pameran foto atau seni rupa—baik sebagai kepala proyek, kurator, asisten kurator, penulis atau pun editor. Walau belum cukup sering atau pun mahir, Irma juga gemar melibatkan diri pada beberapa proyek penelitian fotografi Indonesia. Bersama dua rekannya, ia membuat sejarahfoto.com, sebuah inisiatif untuk mencoba memetakan sejarah fotografi Indonesia. Pada 2011, Irma bergabung dengan Komunitas Salihara dan satu tahun kemudian ia menjadi manajer arsip dan dokumentasi—sambil terkadang tetap memenuhi panggilan untuk menjadi pengajar lepas di Program Studi Fotografi, Institut Kesenian Jakarta.

==========================================================

Sumber

Gerry Badger, Theory : The Indecisive Moment: Frank, Klein and “Stream-Of-Consciousness” Photography (2004). http://www.americansuburbx.com
Liz Wells, ed., Photography: A Critical Introduction (2004), 100
dan berbagai sumber yang relevan